Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas, Hipertensi Rusak Ginjal Anda!

Kompas.com - 11/03/2009, 22:38 WIB

PENYAKIT gagal ginjal kronik merupakan penyakit yang diderita oleh satu dari sepuluh orang dewasa. Tanpa pengendalian yang tepat dan cepat, pada tahun 2015 penyakit ginjal diperkirakan bisa menyebabkan kematian hingga 36 juta penduduk dunia.

Di Indonesia, peningkatan jumlah penderita gagal ginjal bisa dilihat dari data kunjungan ke poli ginjal dan banyaknya penderita yang menjalani cuci darah (hemodialisis).

Dari data dari wilayah Jabar dan Banten dua tahun terakhir ini, bisa terlihat peningkatan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis. Pada tahun 2007 tercatat hanya 2148 pasien dan meningkat menjadi 2260 pada tahun 2008. Dari jumlah itu, sekitar 30 persen pasien berusia produktif, yakni kurang dari 40 tahun.

Karena itu, Kamis, 12 Maret 2009 ini, dunia kembali memperingati Hari Ginjal Sedunia (World Kidney Day/WKD). Tema peringatan WKD tahun ini adalah keep the pressure down. Tema ini diambil untuk mengingatkan bahwa tekanan darah yang tidak terkontrol akan merusak ginjal.  
"Salah satu tujuan kampanye WKD tahun 2009 ini adalah untuk mengenali tekanan darah tinggi (hipertensi) sebagai salah satu penyebab penyakit ginjal kronis," ujar spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Afiatin SpPD. Afiatin mengatakan, hipertensi membuat ginjal harus bekerja lebih keras. Akibatnya, sel-sel pada ginjal akan lebih cepat rusak, kata Afiatin.

Meski ancamannya mengerikan, masih banyak anggota masyarakat yang mengabaikan hipertensi. Prof Enday Sukandar SpPD-KGH mengatakan, pengabaian ini dikarenakan sifat dari hipertensi itu sendiri. Ketika belum merusak organ tubuh, penyakit tekanan darah tinggi tidak menunjukkan gejala spesifik. Akibatnya, pada tahap ini, orang masih merasa nyaman dengan kondisi tubuhnya dan tidak merasa perlu memeriksakan diri, kata Enday.

Penanganan menjadi lebih sulit dan mahal karena penderita darah tinggi baru mengeluh dan memeriksakan diri ketika sudah sakit ginjal, jantung, lumpuh, buta, dan sebagainya. Enday mengatakan, pengabaian terhadap tekanan darah tinggi tidak hanya terjadi di Indonesia yang masih tergolong sebagai negara berkembang. Di Amerika Serikat yang sistem asuransi kesehatannya jauh lebih baik, juga masih banyak terjadi pengabaian hipertensi, kata Enday.

Dr Rubin S Gondodiputro SpPD-KGH mengatakan, berdasarkan survei di AS, dalam kasus hipertensi didapati hasil yang kemudian disebut hukum separuh (the rule of half). Mudahnya begini, dari 100 orang hanya 50 orang yang tahu kalau dirinya menderita hipertensi. Lalu, dari 50 orang itu, hanya 25 orang yang berobat. Ironisnya, da ri 25 orang yang berobat, hanya 12,5 orang yang berhasil sembuh. "Itu hasil penelitian di Amerika, apalagi di Indonesia," kata Rubin.

Rubin mengatakan, di Indonesia belum pernah dilakukan studi komprehensif mengenai hipertensi. Sebab itu, dalam penentuan pasien menderita hipertensi atau tidak, Indonesia masih menggunakan standar WHO, yakni tekanan darah pada 140/90. Namun, angka ini hanya bisa dipakai pada pasien yang semata-mata hanya menderita hipertensi. "Pada kasus khusus, misalnya pada pasien yang juga menderita penyakit kencing manis, tekanan 130/80 sudah bisa dinyatakan hipertensi," kata Rubin.  

Enday menambahkan, hipertensi merupakan salah satu penyakit genetik. Namun, dengan gaya hidup yang tidak sehat, orang yang secara genetis tidak memiliki risiko juga bisa terkena hipertensi. Sebaliknya, dengan gaya hidup sehat, orang yang mewarisi gen hipertensi justru bisa terhindar. Ada banyak faktor risiko hipertensi, antara lain usia lanjut, diabetes, merokok, kolesterol, dan obesitas, kata Enday.

Sebagai bagian dari kampanye WKD ini, Sub-bagian Ginjal Hipertensi Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin akan mengadakan simposium bertajuk Mengenal Hipertensi dengan Berbagai Aspeknya. Subtopik yang akan dibahas adalah, yakni hipertensi sebagai masalah masyarakat, mengenal berbagai akibat hipertensi, kelainan jantung, ginjal, dan otak terkait hipertensi, dan pengelolaan hipertensi.

Simposium akan diselenggarakan pada Sabtu (14/3) di Hotel Grand Preanger Bandung mulai pukul 09.00. Acara terbuka untuk masyarakat umum dengan biaya pendaftaran Rp 50.000. Peminat bisa menghubungi Hery di nomor 081221549538.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com