Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Kanker Menyerang Leher Rahim

Kompas.com - 06/04/2009, 19:29 WIB

Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita berhubungan seksual dan umumnya terjadi pada usia sekitar 25 tahun. Dari infeksi HPV sampai terjadinya kerusakan lapisan lendir jadi pra-kanker hingga menuju keganasan atau kanker butuh waktu hampir 20 tahun. Selama hidupnya, hampir separuh dari wanita dan pria pernah terinfeksi HPV, kata Kepala Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Siswanto Agus Wilopo.

Semua perempuan yang berhubungan seksual berisiko terkena kanker serviks, karena dengan hubungan intim itu bisa terjadi infeksi H PV. Mereka yang berisiko tinggi terkena kanker serviks adalah, perempuan yang tidak pernah menjalani skrining, mulai berhubungan seksual dan punya anak pada usia muda, memiliki anak lebih dari 5 orang, punya beberapa pasangan atau riwayat ganti-ganti pasa ngan, serta memiliki kebiasaan merokok.

Tidak seperti beberapa virus lain, jika terinfeksi virus HPV, bukan berarti penderita akan memiliki kekebalan terhadap virus itu. "Dia tetap berisiko untuk mendapat infeksi berulang dari tipe HPV sama atau berbeda, dan tetap berisiko terkena kanker serviks," kata konsultan alergi imunologi dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Prof Samsuridjal Djauzi.

Pada tahun 2008, Badan Kesehatan Dunia memperkirakan 12,4 juta penduduk menderita kanker baru dan 7,6 juta orang meninggal karena penyakit kanker. Secara global, kejadian kanker leher rahim menduduki urutan kedua setelah kanker payudara, yaitu dengan angk a kejadian penyakit baru tiap tahun sekitar 500.000 dan kematian sebanyak 288.000 orang.

Hampir 90 persen kejadian kanker leher rahim terjadi di negara sedang berkembang. Angka kejadian kanker leher rahim tertinggi di Afrika yaitu lebih dari 45 per 100.000 orang per tahun, disusul Asia Tenggara 30-44,9 per 100.000 perempuan tiap tahun. Di Asia Tenggara, kanker leher rahim menempati urutan pertama di antara penderita kanker pada wanita, kata Siswanto.

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun ada 15.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi dengan angka kematian 7.500 kasus per tahun. Kanker serviks merupakan kanker yang paling sering terjadi pada perempuan Indonesia. "Tingginya angka kejadian kanker serviks di Indonesia merupakan beban kesehatan, ekonomi dan sosial bagi perempuan di mana pun," kata Ketua Bidang Pelayanan Sosial Yayasan Kanker Indonesia Melissa S Luwia.  

Bisa dicegah  

Pada tahap awal, kanker leher rahim tidak memperlihatkan gejala klinis yang signifikan. Tanda-tanda terjadinya kanker antara l ain, terjadi bercak-bercak darah atau perdarahan vaginam pasca berhubungan intim, perdarahan di antara dua siklus menstruasi atau perdarahan pasca menopause, bau lendir vagina yang menyengat meski sudah diobati untuk mengatasi infeksi vagina.

Bila ditemukan lebih awal, kanker leher rahim bisa diobati dengan beberapa metode terapi antara lain, operasi untuk mengangkat jaringan kanker yang masih terlokalisir, terapi penyinaran atau radiasi dan kemoterapi. Namun lebih dari 70 persen penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut sehingga banyak pasien meninggal karena terlambat ditemukan dan diobati, kata Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia Prof M Farid Aziz.

Kanker serviks sebenarnya bisa dicegah dengan mengurangi risiko terinfeksi HPV dan menyebarnya pra kanker jadi kanker. Caranya antara lain, tidak berganti-ganti pasangan hubungan seksual, menunda waktu hubungan seksual, tidak punya anak pada usia sangat muda, memakai kondom saat berhubungan seksual dengan pasangan yang berisiko tinggi terinfeksi menular seksual, gizi seimbang, dan tidak merokok.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com