Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Kunjungan ke Dokter Lebih Efektif

Kompas.com - 04/05/2009, 09:57 WIB

KOMPAS.com - Jarang ada dokter yang tahu persis kapan waktu luang mereka sehingga pasien bisa menelepon untuk berkonsultasi. Sebab, mengatur jadwal bukanlah salah satu keahlian dokter. Mereka hanya ingat jam berapa harus ada di mana -itu pun terkadang harus diingatkan lagi. Lalu para dokter tidak pernah mau mendiskusikan apotek favorit atau mengeluhkan sepatu hak tinggi yang kita kenakan. Padahal mungkin saja hal-hal yang dianggap kecil tersebut ternyata memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan kita. Para perawat, apoteker, atau staf humaslah yang memberi perhatian terhadap hal-hal tersebut. Tanpa disadari, mereka telah banyak membantu kita, di luar atau di dalam ruang periksa dokter.

Karena itu, agar sesi konsultasi kita dengan dokter makin membuat kita memahami penyakit apa yang sedang kita alami, dan obat-obatan yang diresepkan juga cukup efektif mengatasi penyakitnya, ikuti tips dari mereka:

Hindari antrean akhir minggu. Malas menunggu berjam-jam? "Coba lah untuk membuat janji temu dulu dengan dokter, terutama di akhir minggu. Tanyakan jam berapa Anda harus datang agar tidak menunggu terlalu lama. Biasanya, pasien lebih banyak datang di hari Sabtu dan Minggu," demikian saran Desak Ayu, staf hubungan masyarakat RS Pantai Indah Kapuk, Jakarta.

Bantu anak-anak menjelaskan. Pasien anak biasanya sulit bicara di depan dokter. "Jadi, sebaiknya orang tua bertanya dulu apa yang anaknya rasakan. Kalau anak sudah bisa menulis, minta lah agar anak menuliskan keluhannya. Lakukan hal ini sambil membujuk dan gembira. Kalau Anda terlihat panik, anak malah semakin sulit mengungkapkan keluhannya," kata Deden Meldy, rekan kerja Desak Ayu.

Gali ilmu kesehatan. Ingin tahu info-info kesehatan yang berhubungan dengan gejala penyakit yang Anda alami? "Ada rumah sakit yang sering mengadakan seminar kesehatan gratis untuk umum. Di seminar ini, Anda bisa bertanya langsung ke dokter. Pengetahuan yang cukup adalah awal menuju sehat," jelas Desak Ayu.

Pelajari "bahasa" dokter. Bahasa dokter terkadang memang terdengar asing di telinga kita. Tetapi, memahami "bahasa planet" ini bisa membuat kita jadi ikut paham kondisi yang sedang dihadapi. Karenanya, pelajari beberapa istilah mereka. Misalnya, pulsating artinya kontraksi ritmik. Transisi artinya masa peralihan, misalnya dari operasi ke pasca operasi. Kalau dokter menyebut konstipasi, itu artinya sembelit. Febris artinya panas atau demam. Appendixitis berarti usus buntu. Bila dokter tak menjelaskan makna istilah-istilah tersebut, jangan ragu untuk menginterupsi dan bertanya dulu apa arti sesuatu istilah. Bila perlu, catat semua pesan atau diagnosa dari dokter.

Agar hasil tes lebih akurat. Masih banyak orang kurang paham apa arti permintaan untuk puasa sebelum pemeriksaan laboratorium. Akibatnya, sebagian orang masih minum kopi saat akan berangkat untuk memeriksa kadar gula darah dan kolesterol di laboratorium. Menurut dr. Irwan Idris, koordinator laboratorium RS Pantai Indah Kapuk, sebelum pemeriksaan gula darah dan kadar lemak, kita hanya boleh minum air putih selaam 12 jam sebelumnya. Bila pemeriksaan dilakukan dalam keadaan tidak puasa, kemungkinan kadar lemak dan kadar gula kita jadi cenderung lebih tinggi. Jika pasien dalam masa pengobatan, sebaiknya obat-obatan dimunum 12 jam sebelumnya.

Hindari kesalahan hasil lab. Pastikan data pribadi yang dimasukkan oleh petugas lab ke komputernya sesuai dengan data diri Anda. Jangan takut dibilang cerewet karena Anda ingin memeriksa ulang. Kecerewetan ini  akan menghindarkan Anda dari kesalahan diagnosis. "Pastikan juga kalau hasil tes sudah diberi label nama yang benar. Dan, Anda harus menyaksikannya sendiri," kata Rosie Fussell, koordinator bagian keluhan pasien di laboratorium Florida Hospital, Orlando.

Pemeriksaan darah tak perlu sakit. Terkadang, ada saja orang yang takut diambil darahnya untuk diperiksa. Padahal, proses pengambilan darah tak perlu sakit. "Yang penting pasien tenang dan tidak kaku, sehingga memudahkan petugas melakukan penusukan. Kalau kita takut, pembuluh darah menguncup dan akhirnya mempersulit proses pengambilan darah dan pasien merasa lebih sakit. Ingat, sebelum darah diambil, harus diusap dulu dengan alkohol di bagian yang akan ditusuk," demikian menurut dr. Irwan Idris.

Minta nomor telepon pribadi dokter. Terkadang, konsultasi tak berhenti sampai di situ. Untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal darurat, tak ada salahnya jika kita meminta nomor ponsel pribadi dokter, apalagi jika penyakit yang sedang harus dipantau itu cukup serius. Saat ini bahkan banyak dokter yang sudah membawa BlackBerry, sehingga konsultasi lewat instant messenger atau mengirim foto hasil rontgen via Facebook juga sudah banyak terjadi.

Kritis dengan apotek langganan. Memiliki apotek langganan dengan apoteker yang sudah dikenal, sungguh tak ada ruginya. Mengapa? Terkadang, ada satu situasi yang membuat kita menebus 2 resep dari 2 dokter sekaligus. Misalnya, hari ini kita menebus obat pengencer darah asam asetil salisilat. Besok kita mendapat alergi dan berobat ke dokter terdekat, lalu diresepkan obat jenis dextamin. Sebagai awam kita tidak mengerti apa efeknya jika 2 obat ini dikonsumsi bersamaan. "Kalau 2 obat tersebut dikonsumsi bersamaan bisa menimbulkan pendarahan saluran cerna," kata Pitri Erlina Lay, S.Farm.Apt., sarjana farmasi yang berpengalaman sebagai apoteker di Jakarta. Tentu, jika sudah akrab, petugas apoteker menjadi lebih tidak sungkan untuk berdiskusi mengenai obat-obatan yang Anda tebus.

Minta harga yang lebih murah. Jangan ragu minta diresepkan obat generik. Khasiat obat generik sama saja dengan obat mahal. Menurut para ahli kesehatan kita, obat generik sudah melalui uji BA-BE (bioavailabilitas dan bioekivalen) yang baik. Bioavailabilitas adalah persentase zat berkhasiat suatu obat. Sedangkan bioekivalen adalah perbandingan zat aktif yang sama dari dua obat yang berlainan, atau dua obat yang sama dengan dosis yang berbeda, tetapi menghasilkan reaksi biologis dan kimia yang sama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com