Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan Baru Penderita Leukimia dan Kanker Saluran Cerna

Kompas.com - 24/06/2009, 15:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Harapan hidup pasien penyakit leukemia kronis (chronic myeloid leukimia) dan penyakit kanker di saluran cerna kini semakin panjang berkat obat imatinib. Uji klinis terhadap pasien menunjukkan tingkat keberhasilan sebanyak 83 persen dengan usia harapan hidup bisa diperpanjang 5-7 tahun.

Chronic myeloid leukimia (CML) adalah penyakit kanker pada darah (leukimia) yang bersifat kronik. Menurut dr.Nyoto Widiastomo, Sp.PD dari RSCM Jakarta, pemicu kanker ini antara lain paparan radiasi yang sangat tinggi dan paparan zat kimia industri (polusi).

Setelah serangan bom atom di Hiroshima, Jepang, tahun 1945, jumlah penderita kanker CML meningkat. "Bahan pengawet dan polusi kendaraan bermotor yang menggunakan senyawa benzena juga meningkatkan risiko CML," papar Nyoto. Karena itulah penyakit ini banyak menyerang orang di usia 45-55 tahun sebab akselerasi penyakit bisa berlangsung 4-6 tahun.

Pada fase awal CML, pasien seringkali tidak merasakan gejala, tapi pada umumnya pasien akan merasa lemah badan, kelelahan, berat badan menurun, dan rasa penuh pada perut. Pasien biasanya baru datang berobat setelah terjadi pembesaran limpa.

Ada beberapa pilihan pengobatan kanker CML, antara lain adalah kemoterapi, tranplantasi sumsum tulang dengan biaya sangat mahal, serta terapi target dengan obat imatinib. Imatinib merupakan terapi dengan tingkat keberhasilan paling tinggi untuk pasien yang baru didiagonosa menderita CML dan berada dalam fase kronis setelah gagal menggunakan terapi interferon alpha.

GIST
Keberhasilan imatinib untuk memperpanjang harapan hidup pasien tidak terbatas pada kanker CML saja. Pasien kanker yang terjadi pada saluran cerna yang berasal dari sel stroma (GIST). Uji klinis menunjukkan pasien GIST stadium lanjut yang mendapat imatinib bisa bertahan hidup lebih dari 5 tahun.

GIST adalah kanker yang menyerang jaringan ikat penyokong organ-organ yang terlibat dalam pencernaan makanan. Menurut dokter Nyoto, 40-70 persen GIST terjadi pada lambung. Bila sel tumor GIST masih berukuran kecil, pasien umumnya tidak merasakan gejala apa pun.

"Pasien baru datang setelah perutnya membesar atau terjadi perdarahan pada saluran cerna," kata dr.Nyoto. Ada kalanya dokter juga keliru mendiagnosa GIST karena gejalanya yang mirip dengan kanker usus. "Bila pemeriksaan patologis menunjukkan positif KIT baru ketahuan kalau ini GIST," katanya.

Bila tumor GIST masih bisa dioperasi, maka pengangkatan tumor adalah pilihan utama penanganan penyakit ini. "Meski begitu, tidak bisa tuntas seluruhnya," ujar Nyoto. Sel tumor yang masih tersisa itu bisa diterapi dengan kemoterapi, radiasi, atau pengobatan imatinib. "Tumor yang telah menyebar dan tidak mungkin diangkat direkomendasikan untuk menggunakan terapi imatinib," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com