”Setelah sembuh pun saya tidak bisa apa-apa. Makan dan ke kamar mandi dibantu. Akhirnya saya belajar mandiri. Begitu sudah bisa mandiri, saya langsung nyetir mobil ke Bandung hanya dengan tangan kanan karena separuh badan sisi kiri lumpuh,” kata Berry. Namun, dia tidak putus asa dan terus menyemangati penderita stroke untuk bangkit.
Begitu pula Tommy Hendra (67) yang mengalami stroke pada 18 April 1999. Pembuluh darah halus otak kirinya pecah. ”Saya menderita hipertensi genetik yang saya tidak tahu. Ibu saya dulu cuma bilang itu penyakit orangtua, jadi saya tidak peduli,” katanya.
Tommy sempat dua bulan dirawat di RS Carolus, Jakarta. ”Namun, saya 10 tahun terakhir ini harus terus fisioterapi untuk melatih tangan dan kaki kanan saya supaya tidak terjadi kekakuan. Kasus yang seperti saya ini sudah tidak mungkin pulih karena menyerang sel-sel otak sudah mati dan tidak mungkin diganti,” katanya.
Kebanyakan orang sudah tahu bahwa makan makanan berlemak dan mengonsumsi jenis makanan tertentu memang berisiko menyebabkan darah tinggi. Namun, pengetahuan tidak otomatis diikuti dengan praktik dalam kehidupan sehari-hari.