KOMPAS.com — Sebagai mantan Putri Indonesia, Melanie Putria Dewita Sari (26) dituntut memiliki penampilan dan stamina prima. Apalagi kini ia harus menjalani aktivitas yang padat sebagai presenter sejumlah acara televisi dan model. Timbunan lemak sedikit saja bisa mengganggu penampilan.
Hal ini membuat ia begitu cemas setiap kali ada sedikit timbunan lemak dalam tubuhnya. Karena terobsesi memiliki tubuh ramping, ia pun secara intensif berlatih fisik. Hampir setiap hari ia senam aerobik dan olahraga lain di pusat kebugaran selama 2-3 jam.
Melanie juga menjalani diet yang ketat dengan pantang mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, serta menghindari makanan berlemak tinggi. Porsi makan pun dikurangi secara drastis. "Saya ingin membuktikan kalau bisa membentuk tubuh ideal dengan cara saya sendiri," tuturnya.
Namun, berbagai upaya yang dilakukan untuk menurunkan berat badan itu malah membuat kondisi fisiknya menurun drastis. "Saya justru jadi sering sakit, badan terasa lemas, uring-uringan, sebal setiap kali melihat orang makan. Dalam beberapa bulan, saya terkena typhus tiga kali," ujar Melanie.
Belakangan ia baru tahu kalau telah salah menerapkan diet dan berolahraga terlalu berlebihan setelah berkonsultasi dengan ahli gizi dan instruktur olahraga kebugaran. Karena olahraga berlebihan, energi terkuras banyak. Padahal, kalori yang diperoleh dari asupan makanan sedikit sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan energi, kata dia.
Untuk memulihkan stamina dan membentuk tubuh yang ideal, kini ia menerapkan diet dengan gizi seimbang dan porsi sedikit. Beberapa jenis makanan yang dikonsumsi antara lain roti gandum, ayam, omlet, dan susu rendah kalori. "Semua jenis makanan tetap saya makan asalkan tidak digoreng, tetapi dimasak dengan cara dikukus, dibakar ataupun dipepes," ujarnya.
Dengan diet bergizi seimbang dan berolahraga secara teratur tiga kali dalam seminggu, kini ia merasa lebih bugar dan tidak mudah sakit. Prinsipnya, dengan menjaga kesehatan diri melalui pola makan bergizi seimbang dan olahraga, maka kecantikan dalam dirinya akan lebih terpancar.
Memiliki tubuh langsing memang merupakan idaman banyak orang, terutama kaum perempuan. Wiwin (44), misalnya, menderita obesitas setelah menikah dan melahirkan dua anak. Karena ingin berat badannya turun drastis, ia pun minum obat-obatan pelangsing tubuh yang dipromosikan di media. Namun, ia justru menderita nyeri lambung sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Obesitas
Angka penderita obesitas di Indonesia selalu naik dari tahun ke tahun. Menurut Sensus Kesehatan Nasional tahun 1989, prevalensi obesitas di perkotaan 1,1 persen, di pedesaan 0,7 persen. Sepuluh tahun kemudian, angka itu meningkat jadi 5,3 persen di kota dan 4,3 persen di desa. Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 1995 memperlihatkan, prevalensi obesitas pada anak-anak di Indonesia mencapai 4,6 persen.