Ortu Perlu Segera Tahu Gangguan Psikologi pada Anak

JAKARTA, KOMPAS.com — Orangtua pada umumnya sering kali terlambat mengetahui jika anaknya ternyata mengalami gangguan apa pun juga karena itu disebut anak berkebutuhan khusus.

Kurangnya informasi dan tidak adanya kemampuan diagnosis dari para orang tua (self diagnose) membuat anak-anak tersebut tidak mendapatkan penanganan sebagaimana mestinya.

Demikian terungkap dalam seminar Diagnosis dan Penanganan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus, di Jakarta, Sabtu (22/8).

Psikolog Klinis Adriana S Ginanjar mengatakan bahwa ada empat tipe gangguan psikologis yang bisa terjadi pada anak-anak. Pertama, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau biasa disebut gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif; kedua, gangguan autistik (autisme); yang ketiga sindrom asperger; dan terakhir retardasi mental.

"Umumnya orangtua hanya mengenal jenis gangguan psikologis autisme. Padahal tidak hanya itu, dan setiap jenis gangguan mental butuh penanganan dengan pendekatan berbeda," ungkap Adriana.

Menurut Adriana, pada tahap yang paling awal, para orangtua sebenarnya bisa melakukan diagnosis sendiri tanpa melibatkan psikolog. "Caranya sederhana, hanya dengan mengamati tingkah laku dan kebiasaan yang dilakukan si anak dalam berinteraksi dengan lingkungannya," kata Adriana.

Misalkan, bila anak terlambat bicara atau mengalami gangguan komunikasi, hambatan tingkah non-verbal, seperti kontak mata, maka kemungkinan besar anak tersebut mengalami gangguan psikologis.

Setelah mengetahui adanya gangguan psikologis, hal itu dapat langsung dikonsultasikan dengan psikolog atau psikiater untuk memberi penanganan yang tepat. "Ini diperlukan karena dalam melakukan penanganan perlu rekomendasi dari para ahli," ujarnya.

Orangtua, menurut Adriana, harus mengambil porsi paling banyak dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus. "Bagaimanapun juga, kasih sayang orangtua masih menjadi salah satu kunci terpenting dalam penanganan semua macam anak dengan gangguan psikologis," pungkasnya.