Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengobatan Massal Tak Cukup Selesaikan Filariasis

Kompas.com - 16/11/2009, 21:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengobatan massal tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan filariasis yang kini tersebar merata di Indonesia. Gencarnya pengobatan massal, seperti dalam kasus filariasis, menggambarkan paradigma kesehatan yang masih memilih cara termudah, ketimbang penanganan secara komprehensif.

Hal itu dikemukakan pengamat kesehatan masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Adi Sasongko, Senin (16/11). Dia mengatakan, dalam kasus seperti filariasis terdapat faktor manusia dan vektor, yakni nyamuk. Namun, yang terlihat gencar sebagai upaya utama pemberantasan filariasis ialah pengobatan massal. Pengobatan massal relatif lebih mudah dilaksanakan.

Sementara itu, faktor penentu lain seperti pembenahan lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat, dan penyuluhan mengenai filariasis itu sendiri cenderung terabaikan. Ratusan orang yang mendatangi rumah sakit setelah mengalami efek pengobatan, seperti pusing dan mual, juga menandakan kurangnya sosialisasi terhadap warga mengenai efek pengobatan tersebut. Kurangnya sosialiasi itu akan membuat orang kapok dan menolak obat tersebut. Pengobatan pun menjadi sia-sia.

Guna memutus rantai penyakit seperti filariasis, penanganan komprehensif dibutuhkan. Warga yang tubuhnya mengandung filariasis dapat menerima obat tersebut. Pengobatan itu diiringi pembenahan lingkungan hidup, termasuk pembersihan tempat perkembangbiakan nyamuk dan pembangunan infrastruktur kawasan tempat tinggal yang layak. Itu tidak dapat ditanggung oleh Departemen Kesehatan sendiri, tetapi bersinergi dengan departemen terkait lain sehingga tidak mudah.

Pemerintah juga harus mengevaluasi keefektifan pengobatan massal. Jika pengobatan massal filariasis itu efektif, maka mengapa masih terdapat filariasis. Bahkan, sekarang merata. "Dulu, filariasis hanya terjadi di kantong-kantong daerah endemis," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com