Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buat Nyaman Laptop di Mejamu

Kompas.com - 05/02/2010, 03:54 WIB

Hal yang paling mendasar bagi sebuah alat kerja seperti komputer adalah ketersediaan aliran listrik. Kondisi byarpet ataupun tegangan yang tidak stabil merupakan penyakit di negeri ini. Siapa pun pemimpinnya, dan tarif yang tidak pernah turun dengan alasan memperbaiki layanan, tetapi nyatanya persoalan masih tetap sama.

Persoalan kedua yang nyaris tidak pernah menjadi perhatian para pengguna alat kerja adalah masalah penerangan. Padahal, penerangan sangat berpengaruh besar pada kesehatan mata dan 80 persen informasi diperoleh dari indera penglihatan itu.

Kondisi penerangan ini diperparah dengan banyaknya lampu hemat energi yang sempat membanjiri pasar negeri ini. Memang murah meriah, tetapi karena tidak dirancang untuk kondisi perlistrikan di Indonesia, lampu-lampu itu mudah rusak, terutama bagian rangkaian elektronisnya.

Tidak adanya referensi tentang penerangan juga menjadi masalah bagi konsumen karena lampu yang tidak memenuhi standar membuat mata menjadi lelah. Matinya lampu pasti sangat merepotkan karena kebanyakan lampu dipasang di langit-langit rumah.

Sebuah klinik mata di Jakarta, yaitu Klinik Mata Nusantara, menyarankan penggunaan lampu yang menggunakan elektronik ballast. Perangkat ini mampu menghasilkan listrik berfrekuensi tinggi, di atas 20 kHz. Lampu dengan frekuensi rendah, sekitar 30 Hz sampai 70 Hz (listrik PLN 60 Hz), bisa menimbulkan kedipan yang melelahkan mata.

Untuk mengatasi lemahnya cahaya, disarankan menggunakan lampu meja yang secara terfokus menerangi obyek di atas meja, meski memang tidak semua jenis lampu meja. Philips secara khusus memproduksi jenis lampu untuk meja lebar, seperti model Eye-Fi Pantograf FDS 663. Selain disediakan dudukan yang berat dan kokoh, bisa juga menggunakan klem yang lebih menghemat tempat.

Untuk jenis lampu berkisi-kisi ini khusus dirancang untuk lampu hemat energi esensial 18 watt, bukan untuk lampu pijar biasa. Khusus untuk konsumen Indonesia, lampu itu bisa bekerja pada tegangan 170-250 volt, ini mengingat kondisi kelistrikan di Indonesia yang tidak stabil dan tegangan cenderung di bawah 220 V.

Rangkaian elektronisnya mampu menghasilkan listrik berfrekuensi 30 k-35 kHz. Dengan demikian, pengguna bisa merasa lebih nyaman, bebas dari efek kedip, maupun efek strobo yang melelahkan dan bisa menimbulkan iritasi pada mata.

Jenis lain yang sempat dicoba adalah model Benji QDS 303. Jenis lampu meja yang hanya menggunakan klem ini lebih dirancang untuk lampu jenis tornado. Lampu hemat energi jenis baru ini mampu bertahan enam kali lebih lama dari lampu pijar, kapasitasnya maksimal 1 watt atau 60 watt untuk lampu pijar.

(AWE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com