Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perajin Kayu Takutkan Teknologi China

Kompas.com - 22/02/2010, 11:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Berlakunya kebijakan perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) dinilai mengancam keberlangsungan industri ukiran kayu rumahan. Setidaknya, begitulah yang dirasakan pelaku industri mebel ukiran kayu, Basuki, saat ditemui di sela-sela ramainya pameran furnitur 2010 di Jakarta Convention Center, Minggu (21/2/2010).

Dikatakan Basuki, keunggulan China yang ditakuti para perajin kayu adalah teknologi tinggi yang diterapkan China sehingga mampu memproduksi banyak mebel dalam waktu singkat yang kemudian dijual dengan harga murah.

Sementara perajin kayu Indonesia, kata Basuki, membutuhkan waktu lebih lama karena masih memproduksi secara tradisional. "Ukir-ukiran (China) pakai mesin semua, harganya murah. Sekarang produk kita, kayak keramik, pada tutup semua, karena ada keramik dari China yang bagus-bagus itu," katanya.

Meskipun begitu, menurut Basuki, mebel ukiran kayu produksi Indonesia tetap tak terkalahkan China dalam hal kualitas bahan dan inovasi desain. "Kita enggak mati, sudah bagus. Inovasi terus itu penting. Seperti saya, buktinya orang China malah beli sama saya tadi," ujar Basuki yang mengaku baru menjalin kerja sama dengan eksportir China.

Namun, sebagai pelaku industri kecil, Basuki berharap pemerintah tetap mengawasi dan membatasi pelaksanaan kebijakan perdagangan bebas tersebut.

"Imbauan kepada pemerintah supaya di-monitoring, supaya enggak mati, dibatasi. Kita harapkan pemerintah bisa tanggap ya untuk menjaga kehidupan industri kecil," imbuh Basuki, pemilik industri ukiran kayu Basuki Lacasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com