Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Faisal Basri: Bohong, ACFTA Timbulkan PHK!

Kompas.com - 23/02/2010, 19:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ekonom Faisal Basri menegaskan bahwa penerapan kebijakan perdagangan bebas ASEAN-China atau ACFTA tidak akan menyebabkan pemutusan hubungan kerja atau PHK secara besar-besaran yang dilakukan oleh perusahaan di Indonesia. Faisal menilai, para pengusaha justru memanfaatkan momentum perdagangan bebas sebagai alasan untuk melakukan PHK para pegawainya.

"Enggak mungkin. Bohong besar itu. Enggak ada ACFTA saja bisa jadi PHK juga. Hati-hati, kecurigaan saya, jangan-jangan ini menjadi momentum bagi perusahaan untuk melakukan PHK massal," ungkapnya di sela-sela diskusi ACFTA di Kantor Kompas Gramedia, Jakarta, Selasa (23/2/2010).

Faisal mencontohkan, ada sejumlah perusahaan yang mulai merumahkan pegawainya dengan alasan karena dampak ACFTA. Opsi ini dianggap sebagai solusi yang mudah dan murah bagi para pengusaha untuk menekan biaya operasional perusahaan. Sebab, pengusaha tidak perlu membayar gaji bulanan dan pesangon.

"Ada juga yang PHK karyawannya, terus dia ke dinas tenaga kerja untuk minta keringanan buat bayar pesangon," sebutnya.

Padahal, PHK menurutnya terjadi karena faktor lain, seperti membengkaknya biaya operasional perusahaan yang disebabkan oleh tarif listrik yang semakin mahal, infrastruktur yang semakin jelek, pungutan pajak yang kian ketat, dan banyaknya ekonomi biaya tinggi lainnya.

"Belum lagi dia di jalan dipalakin terus. Pajak makin ketat. UMP (upah minimum pegawai) naik terus. Sementara itu, dia susah jual barangnya, enggak bisa naikin harga," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com