Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahaya Mengobati Diri Sendiri

Kompas.com - 04/05/2010, 10:24 WIB

“Empat bulan lalu aku sakit kepala, minum obat, sembuh. Dua bulan lalu, sakit kepala lagi. Obat sakit kepala yang sama kuminum, sembuh, tetapi ternyata demam lagi. Eh, setelah ke dokter aku dinyatakan sakit tifus,” kata seorang teman.
Sakit kepala, pada dasarnya bisa menjadi manifestasi dari beragam hal seperti sinusitis, ketegangan otot, hilangnya ketajaman penglihatan, dan banyak lagi.

“Mengobati diri sendiri jelas tidak aman. Pilihan obat bisa jadi di kemudian hari tidak seberuntung sebelumnya. Bukannya menyembuhkan, malah racun yang tertimbun,” kata Dr. Joany Vayssette, Presiden Kehormatan dari French National Association of Pharmacist.

Bisa Jadi Serius
Nyeri atau meningkatnya suhu tubuh sebenarnya merupakan sinyal, tetapi kita kerap tidak menggubrisnya. Sejauh gejala ini dapat ditahan sakitnya dan tidak memengaruhi aktivitas harian, banyak orang lebih memilih mengobati sendiri daripada pergi ke dokter.

“Habis, biasanya sehari saja sudah sembuh setelah minum obat,” ujar Roni. Padahal, dalam beberapa kasus justru penanganan nyeri yang tepat sedari awal ini merupakan langkah penting.

Mengobati diri sendiri bisa memperlama pengobatan atau malah menimbulkan masalah baru. Sebut saja batuk yang abnormal, serangan jantung atau stroke, sembelit yang parah, atau dada terasa panas berulang kali.

Tak heran bila hingga kini banyak orang masih berpikir dirinya hanya masuk angin, padahal sedang terkena serangan jantung. “Kok setelah dikerok malah meninggal,” cerita seorang ibu mengenang suaminya yang meninggal dan sempat dikiranya terkena angin duduk.

Memang ada batas mengobati diri sendiri yang biasanya hanya tiga hari, seperti pada kasus flu dan batuk. Namun, tak jarang orang membiarkan gejala muncul dan mengobati sendiri selama lebih dari tiga hari.

“Aku tidak tahu batuk yang kualami kenapa begitu lama, bisa sampai tiga minggu. Aku obati sendiri saja dengan obat batuk yang dijual di warung,” ungkap Rani, ibu rumah tangga yang tinggal di Depok.

Seorang karyawan di sebuah penerbitan di Jakarta mengungkapkan, ”Aku biasanya beli antibiotik kalau flu dan batuk tidak sembuh-sembuh sampai seminggu. Setelah minum biasanya sembuh.”

Menurut Dr. Iwan Darmansjah, Sp.Fk, antiobiotik adalah jenis obat yang digunakan untuk melawan bakteri. Padahal flu disebabkan oleh virus. Selain itu, berbagai antibiotik mempunyai sifat membunuh hanya terhadap kuman tertentu. Bila pemilihannya tidak cocok, pelumpuhan kuman yang menyerang tidak akan tuntas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com