Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Alergi pada Anak

Kompas.com - 13/07/2010, 04:48 WIB

Di Indonesia, kasus alergi mulai tinggi. Zakiudin Munasir dari Divisi Alergi dan Imunologi Klinik Departemen Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mencontohkan, di Jakarta, dermatitis atopik prevelansinya mencapai 24,6 persen.

Penyakit alergi hanya mengenai anak yang punya bakat alergi (atopik). Bakat alergi diturunkan salah seorang atau kedua orangtuanya. Sibylle mengatakan, risiko tertinggi, jika kedua orangtua dan satu saudara kandung menderita alergi—risikonya mencapai 85 persen. Faktor risiko lainnya ialah merokok, tidak mendapat ASI, polusi, dan diet.

Pada usia 0-6 bulan dan 0-1 tahun biasanya alergi makanan dan eksim (kelainan kulit kronis) dominan. Asma tinggi angka kejadiannya setelah usia tiga tahun dan puncaknya pada usia 7-15 tahun. Alergi rhinitis (hidung gatal dan ingusan) prevalensi tertinggi pada usia 15 tahun.

Zakiudin mengatakan, alergen ada berbagai jenis, mulai dari makanan, tungau, balsem, binatang, obat, sampai lebah. Salah satu yang kerap ditemui ialah alergi susu sapi. Dari data Divisi Alergi-Imunologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM, alergi susu sapi pada anak 4 persen kasus alergi. Bahkan, dermatitis atopik (radang kulit) pada anak 30-45 persen disebabkan alergi susu sapi.

Sementara makanan yang sering menimbulkan alergi, antara lain, kacang, telur, ikan, dan udang. Uji kulit pada 69 anak asma alergi di Poli Alergi-Imunologi FKUI-RSCM menunjukkan, sekitar 45,31 persen alergi pada kepiting, 37 persen udang kecil, dan 26,56 persen pada cokelat. Bahan aditif, seperti bumbu, dan bahan sintetis, seperti pengawet (benzoat), penyedap, dan pewarna (tartrazine), juga rawan menimbulkan alergi.

Menurut Sibylle, ”Terutama untuk alergi terhadap makanan. Diagnosis yang terlalu longgar atau berlebihan tidak baik. Jika terlalu longgar, anak akan terus-terusan menderita berbagai gangguan. Sebaliknya, diagnosis yang berlebihan akan membatasi konsumsi makanan anak sehingga mengganggu tumbuh kembangnya.”

Satu-satunya cara mengatasi alergi pada anak ialah menghindari makanan atau pencetus alergi dengan tepat dan tidak mencoba-coba. Terkadang ada orangtua yang sengaja memberikan makanan pencetus alergi kepada anaknya dengan harapan agar tubuh anak semakin toleran dan tidak alergi lagi. Cara demikian dapat menjadi bumerang bagi anak karena alergi yang terpicu bisa berbahaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com