OLEH : YUNI IKAWATI
Meski tergolong penyebab ketiga kematian akibat kanker—yang mencapai total sekitar 800.000 kasus per tahun—di Indonesia, menurut American Cancer Society, kanker prostat paling jarang dialami pria Asia, termasuk Indonesia. Sebaliknya, banyak dijumpai di Afrika, Eropa, dan Amerika Serikat.
Penanganan kanker prostat di Indonesia, seperti dikemukakan Netty Adelima Siagian dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dibedakan dalam stadiumnya. Pada stadium awal dilakukan prostatektomi—pengangkatan prostat dan radioterapi. Sedangkan pada stadium lanjut dilakukan kemoterapi.
Radioterapi pada kanker prostat stadium awal dapat berupa radiasi eksternal, yaitu menggunakan teknik konvensional, IMRT (Intensity Modulated Radiation Therapy) atau IGRT (Image Guided Radiation Therapy). IMRT adalah teknik pemberian radiasi dengan dosis sangat tinggi untuk jaringan tumor tanpa menimbulkan kerusakan berat pada jaringan normal di sekitarnya.
Belakangan ini dalam radioterapi di Indonesia diperkenalkan brakiterapi atau implantasi bahan radioaktif. Brakiterapi adalah terapi radiasi dengan mendekatkan sumber radiasi ke sumber penyakit. Penerapan teknik ini dapat mengatasi kelemahan radioterapi yang tidak fokus ke sasaran—yang berisiko terkena jaringan sehat.
Menurut Rohadi Awaludin dari Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka Badan Tenaga Nuklir Nasional (PRR Batan), brakiterapi merupakan metode yang telah lama terbukti efektif dalam penanganan kanker. ”Metode ini berpeluang besar menyelesaikan masalah kesehatan ini di Tanah Air,” ujarnya.
Keefektifannya dibuktikan pertama kali oleh Pierre Curie pada tahun 1901 ketika ia memanfaatkan jarum mengandung radioisotop radium untuk menangani tumor di Rumah Sakit St Louis, Paris. Dari percobaan itu diperoleh hasil bahwa tumor dapat mengecil setelah ditusuk jarum berisotop radium. Keberhasilan ini merupakan awal penerapan brakiterapi.
Sejalan dengan perkembangan teknologi produksi radioisotop, brakiterapi mengalami perkembangan pesat dengan memanfaatkan radioisotop buatan, yang memiliki waktu paruh pendek, sehingga tidak ada efek samping atau membahayakan tubuh pasien. Sedangkan radium yang digunakan pada masa awal pengenalan brakiterapi adalah Radium-226 yang memiliki masa paruh 1.600 tahun.