Tidak berpasangan
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sebuah elektron tidak berpasangan di orbital sebelah luar (contohnya, O- atau OH-). Elektron tidak berpasangan itu kemudian mencari pasangannya dari sel sehingga merusak sel sehat.
Radikal bebas dapat dibentuk karena metabolisme normal, polusi, tekanan O yang tinggi, radiasi, kimia, dan obat-obatan. Konsentrasi antioksidan yang rendah dalam darah (vitamin A, C, dan E) mengakibatkan meningkatnya stres oksidatif.
Menurut hasil penelitian yang sama, sekadar mengonsumsi vitamin C memang memperbaiki kadar vitamin C dan A, tetapi tidak memperbaiki kadar SOD. ”Vitamin bekerja dengan lebih baik jika dikonsumsi sebagai satu kesatuan dengan zat gizi mikro lain,” ujarnya.
Sebagai contoh, vitamin C menyumbangkan elektron ke dalam reaksi biokimia intraseluler dan ekstraseluler sehingga mampu menghilangkan senyawa radikal. Di samping itu, vitamin C juga diperlukan dalam regenerasi vitamin E teroksidasi. Vitamin E dikenal sebagai antioksidan yang mampu menghentikan rantai reaksi radikal bebas. Namun, dengan menyumbangkan hidrogen, vitamin E sendiri menjadi radikal. Hanya saja, radikal vitamin E lebih stabil. Vitamin E teroksidasi yang terbentuk itu dapat diregenerasi kembali oleh senyawa pereduksi seperti vitamin C sehingga vitamin E dapat berperan kembali di dalam memutus rantai radikal bebas.
Banyak kalangan Lantas siapa sajakah yang memerlukan suplemen pangan? Mengutip keterangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rimbawan mengatakan, banyak kalangan yang membutuhkan suplemen pangan, yakni anak-anak, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur, serta lansia membutuhkan suplementasi jika tidak mampu memenuhi kebutuhan zat gizi mikro dari makanan.
Kelompok lain yang biasanya membutuhkan suplementasi ialah pengonsumsi alkohol berat, perokok, mereka yang terkena penyakit infeksi, dan individu yang terpapar stres oksidatif.
Perempuan termasuk rawan terhadap stres oksidatif. Berdasarkan data WHO, wanita pekerja merupakan kelompok wanita usia subur yang rawan terkena masalah kurang gizi mikro. Selain disebabkan oleh stres, baik stres lingkungan maupun karena beban kerja, wanita juga mengalami menstruasi secara berkala serta cenderung berdiet.
Dokter ahli kardiologi Djoko Maryono mengatakan, orang dengan permasalahan pembuluh darah dan diabetes juga cenderung membutuhkan tambahan vitamin dan mineral. ”Radikal bebas merusak pembuluh darah sehingga terjadi penuaan pembuluh darah. Kerusakan biasanya ditandai dengan penyempitan dan penggumpalan,” ujarnya.
Belakangan, vitamin dan mineral antioksidan menjadi salah satu terapi potensial bersama-sama dengan diet rendah lemak, terapi obat statin, olahraga, dan berhenti merokok. Beberapa studi klinis telah dilakukan untuk melihat peran vitamin E, C, dan beta karoten serta kaitannya dengan fungsi lapisan pembuluh darah.
Zat gizi mikro idealnya diperoleh dari sumber alami. Namun, dalam kondisi tertentu, terkadang asupan tidak memadai sehingga dibutuhkan tambahan.
”Untuk suplemen, konsumsi harian tidak boleh berlebihan. Di Indonesia, terdapat batas konsumsi harian dari Badan Pengawas Obat dan Makanan,” ujarnya. Adapun penggunaan vitamin dan mineral untuk terapi yang biasanya dalam dosis tinggi harus di bawah pengawasan dokter
Indira Permanasari
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.