Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Kurang Peduli pada Jamu

Kompas.com - 26/07/2010, 07:50 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com — Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan pada Kementerian Kesehatan Agus Purwadianto mengemukakan bahwa perkembangan jamu di Indonesia kurang maju karena banyak dokter yang kurang peduli.

"Selama ini dokter selalu 'memenangkan' obat modern. Padahal, tidak selamanya obat modern berfungsi dengan baik untuk menyembuhkan suatu penyakit," katanya kepada wartawan di sela-sela seminar "Perkembangan Herbal dan Penggunaannya dalam Bidang Kesehatan" di Denpasar, Sabtu kemarin.

Pada seminar yang digelar bersama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Bali itu dia mengemukakan bahwa memang tidak mudah mengubah paradigma berpikir para dokter yang selama ini dididik dengan ilmu kedokteran Barat.

"Jamu selama ini kurang berakar di kalangan medis, sementara di sisi lain masyarakat menghendaki pengobatan yang kembali ke alam, yakni dengan pilihan-pilihan herbal berupa jamu," kata lelaki yang juga Ketua Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) IDI pusat ini.

Menurut dia, seharusnya jamu yang sudah diwariskan secara temurun di kalangan masyarakat Indonesia ditempatkan sebagai komponen utama dalam pemeliharaan kesehatan di kalangan medis.

Untuk lebih memasyarakatkan penggunaan jamu di kalangan medis, kata dia, pihaknya akan memberikan pelatihan-pelatihan kepada kalangan dokter mengenai dunia herbal.

"Membangun sistem ini memang tidak mudah. Mimpi kita adalah akan banyak fakultas kedokteran yang membuka program studi dengan pengobatan timur. Jamu nantinya harus menjadi primadona dalam pengobatan," katanya.

Mengenai khasiat jamu-jamu tradisional, kata dia, saat ini sudah banyak dilakukan penelitian oleh perguruan tinggi dan Kantor Kemenkes hanya tinggal mengembangkan atau mengolah kembali hasil penelitian tersebut.

Sementara itu, rumah sakit di Indonesia yang saat ini membuka poli herbal sudah ada sekitar 12 rumah sakit. Dia berharap lewat pembukaan poli itu nantinya akan banyak ahli dan dosen yang mendalami ilmu tentang obat herbal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com