Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cengkeh, Rempah Legendaris Tanah Maluku

Kompas.com - 06/08/2010, 06:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kalau tanpa cengkeh, bukan rokok kretek namanya. Cengkeh bukan tambahan, tapi komponen utama selain tembakau. Cita rasa tumbuhan tropik asal Maluku ini hijrah dan berjaya di Minahasa.

Minahasa kedatangan cengkeh pada awal abad 19 yang dibawa pemerintah kolonial Belanda. Jenis cengkeh yang berkembang di Minahasa merupakan jenis hasil persilangan cengkeh 'Cikotok' asli Ternate dengan 'Zanzibar' cengkeh asal Madagaskar.

Jenis perkawinan cengkeh ini dikenal dengan nama Zanzibar Lengkoan. Nama yang disematkan penemunya, Frans Welley seorang petani di kecamatan Sonder. Lengkoan adalah kawasan kebun Welley berada.

Hasil persilangan ini bagus, singkat kata cengkeh jenis baru ini diminati dan ditanam para petani Minahasa. Bahkan, jika orang menyebut cengkeh Zanzibar di Minahasa, cengkeh itu adalah lengkoan, bukan asli madagaskar.

Zanzibar Lengkoan disukai petani lantaran kapasitas hasil produksinya lebih besar. Biasanya satu pohon menghasilkan rerata 100 -200 liter, terutama untuk pohon yang berusia 15 tahun ke atas. Sedang Cikotok hanya menghasilkan rerata 80 liter per pohon. Namun untuk urusan keharuman, cengkeh Cikotok lebih harum dan lebih berat.

Akhir 1970-an, petani cengkeh di Minahasa mengalami kejayaan di masa pemerintahan Gubernur Willy Lasut. Saat itu, Lasut menentang kebijakan pemerintah pusat mengenai harga cengkeh bagi petani. Gubernur Lasut menetapkan harga cengkeh sebesar Rp 17.500 yang terbilang tinggi.

Alhasil, petani betul-betul menikmati hasil pertanian pada masa itu. Sisa kejayaan masih tampak, rumah-rumah penduduk berukuran besar, dan gereja-geraja megah yang dibangun masa itu. Petani pun mampu membeli kendaraan bermotor tunai hanya dengan menjual satu karung cengkeh.

(Sumber: buku berjudul Kretek, Kajian Ekonomi & Budaya 4 Kota, Yogyakarta 2010).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com