JAKARTA, KOMPAS.com - Kecemasan terbesar yang dialami para ibu setelah melahirkan adalah saat jumlah volume ASI yang dihasilkan sangat sedikit. Para ibu khawatir minimnya suplai ASI akan membuat buah hati mereka kelaparan.
Menurut konselor laktasi dr. Galih Linggar Astu, fenomana itu sebenarnya alami dan tak perlu dicemaskan. Hal itu terjadi karena setelah melahirkan, hormon kehamilan tertekan sementara bayi sendiri belum membutuhkan ASI dalam jumlah besar.
"Di awal menyusui jumlah ASI yang dihasilkan sedikit karena hormon kehamilan, yaitu progesteron dan estrogen, menekan hormon prolagen yang berfungsi meningkatkan volume ASI. Hormon kehamilan ini masih banyak dalam darah sehingga hormon menyusui tertekan tidak bisa keluar," kata Galih di sela acara Breastfeeding Gives A Lives, Sabtu (7/8/2010).
Apabila hormon kehamilan yang ada dalam darah ini sudah keluar, maka hormon menyusui akan berangsur meningkat. Apabila hormon menyusui sudah naik, maka volume ASI otomatis akan meningkat, dan hal ini disebut lactogenesis.
Selain itu Galih juga menjelaskan bahwa pada hari pertama dan kedua, lambung bayi hari hanya sebesar kelereng, sehingga mereka sedikit sekali menyusui, yakni hanya 5 hingga 7 cc saja.
"Yang keluar hanya sedikit karena bayi hanya butuh segitu, “ kata dr. Galih.
Sementara dalam 3 hari akan menjadi sebesar bola bekel, dan setelah 10 hari akan berkembang sebesar bola pingpong. “ Volume ASI akan meningkat, nanti setelah hari ke 4 sampai 10 dan itu bukan suatu yang spontan karena jumlah ASI yang dibuthkan makin banyak. Selanjutnya volume ASI akan dipengaruhi dari hisapan si bayi,” kata Galih.
Galih juga menyatakan, para ibu tidak perlu khawatir apabila setelah melahirkan ASi yang dikelurkan sedikit atau sama sekali belum mau keluar. Karena dalam tubuh bayi terdapat brown fat, yaitu cadangan lemak dalam tubuh bayi.
"Bagi bayi yang belum bisa menyusui secara benar atau volume ASI nya belum benar, maka tubuh bayi akan membongkar brown fat ini yang akan berfungsi selama 72 jam. Jadi, selama itu bayi bisa tidak akan makan dan minum," kata Galih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.