Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merokok di Depan Anak adalah Kekerasan!

Kompas.com - 10/08/2010, 10:44 WIB

LONDON, KOMPAS.com — Sering kali kita jumpai para perokok mengembuskan asap tanpa memedulikan orang lain atau bahkan anggota keluarganya sendiri di rumah.

Anak-anak dan ibu hamil kerap menjadi korban dari dampak buruk asap rokok. Tak heran bila perlindungan anak-anak dan ibu hamil terhadap paparan asap rokok mendapat perhatian khusus.

Di Inggris, pakar kesehatan menilai orangtua yang merokok di dekat anak-anak, baik di rumah maupun di mobil, dapat dikategorikan dalam bentuk tindak kekerasan atau child abuse. Profesor Steve Field, Ketua Royal College of General Practitioners, menyerukan para orangtua agar mengambil tanggung jawab lebih besar terhadap kesehatan anak, bahkan dimulai sebelum merencanakan kehamilan.

Angka kematian terkait ibu yang merokok saat kehamilan dan bukti riset di Amerika Serikat menunjukkan, lebih banyak anak meninggal akibat kebiasaan buruk orangtua merokok daripada akibat kecelakaan.   Royal College pernah menyerukan larangan merokok bagi pengendara yang membawa anak-anak. Namun, usulan itu ditolak karena bertentangan dengan kebebasan sipil.

Field, dalam artikelnya di surat kabar Sunday, menyatakan, setiap orang harus mengambil tanggung jawab lebih besar untuk kesehatan mereka sendiri dan anak-anak mereka. Sikap ini juga diadopsi oleh pemerintah, tetapi tidak banyak regulasi yang mengatur soal itu.

Departemen Kesehatan Inggris menolak untuk memperluas penerapan larangan merokok di taman, pub, pintu-pintu masuk, dan mobil. Menteri Kesehatan Masyarakat Anne Milton mengatakan, undang-undang larangan merokok sudah berjalan baik dan hampir semua kantor dan tempat umum bebas dari asap rokok. 

"Sekarang banyak keluarga secara sukarela membuat tanda dilarang merokok di rumah mereka untuk mengurangi paparan bekas asap terhadap anak-anak," ujarnya Milton.

"Dukungan publik untuk undang-undang dilarang merokok sangat tinggi dan terus berkembang. Bahkan mayoritas perokok sekarang mendukung undang-undang tersebut. Karena itu, kami tidak melihat alasan untuk ditinjau kembali," kata Field.

"Di sisi lain, kami akan terus berupaya memiliki bukti dasar untuk mengendalikan peredaran tembakau dan akan melanjutkannya pada undang-undang kesehatan masyarakat," imbuh Field.

Namun, Field mengklaim bahwa di lapangan, para dokter kerap menghadapi kendala dalam mengajak masyarakat menerapkan gaya hidup sehat. "Meminta orangtua untuk berhenti merokok memang tidak mudah dan mungkin mereka menolak. Tetapi ketika ditunjukkan bagaimana merokok di rumah akan merusak paru-paru anak-anak, yang menyebabkan penyakit bronchia, asma, dan sakit seumur hidup, para orangtua pun mulai melihatnya secara berbeda," kata Field.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau