Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Praktik Kedokteran Pakai Organ yang Diawetkan

Kompas.com - 25/08/2010, 15:40 WIB

Kompas.com - Mahasiswa kedokteran lazim melakukan praktik mengenal anatomi tubuh manusia. Pada umumnya, mereka menggunakan organ yang berasal dari cadaver (mayat). Karena itulah, isu perdagangan organ termasuk di antaranya untuk keperluan bahan praktek mahasiswa dianggap sangat mengada-ada.

Hal tersebut dituturkan oleh dr.Intan Airlina Febiliawanti (26), dokter residen penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang dihubungi Kompas.com, Rabu (25/8). "Biasanya kami memakai mayat. Itu pun kondisinya sudah diawetkan. Satu organ bisa dipakai hingga 10 tahun," paparnya.

Intan menambahkan, organ tubuh manusia itu gampang rusak dan berbau sehingga perlu pengawetan yang benar. "Daging sapi saja sebentar sudah berbau busuk kalau tidak dikasih pengawet, apalagi organ manusia. Dan mengawetkan itu tidak gampang," ujarnya.

Dia juga menampik isu penjualan organ tubuh manusia dari anak-anak korban penculikan. "Untuk praktek mengenai anatomi tubuh, di sini (FKUI-red)sudah dapat free, karena organ seperti ginjal itu keawetannya sangat panjang, sehingga bisa dipakai bertahun-tahun," paparnya.

Pengambilan organ tubuh manusia, urai Intan, memerlukan proses yang sangat kompleks. "Jangankan untuk transplantasi, biopsi saja perlu persiapan panjang. Lagipula, dalam pengambilan organ tubuh, sayatan, kondisi, dan struktur organ harus dalam kondisi prima. Kalau salah sedikit saja organ itu tak akan bisa dipakai untuk transplantasi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com