Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andropause Bukan Akhir Segalanya

Kompas.com - 17/09/2010, 14:27 WIB

Surabaya, Kompas - Sebanyak 42 persen lelaki berusia di atas 50 tahun mengalami andropause atau penurunan kadar testosteron. Penurunan fungsi seksual seorang lelaki paruh baya ini sesungguhnya masih bisa diatasi.

Hal ini, kata Guru Besar Urologi Universitas Airlangga Prof Dr dr Sabilal Alif SpU(K), berkaitan dengan sel leydig yang berperan sebagai produsen utama hormon testosteron. Pada usia 20 tahun, jumlah sel leydig mencapai 700 juta. Namun setiap 10 tahun, jumlah sel leydig berkurang 80 juta sel.

Pengurangan sel leydig, yang juga menurunkan kadar testosteron, biasanya menimbulkan gangguan fungsi seksual, seperti melemahkan dorongan seksual dan disfungsi ereksi. Karena berkaitan dengan metabolisme, hal ini juga bisa menurunkan kekuatan fisik, tertidur setelah makan, dan menambah massa lemak perut.

Kendati demikian, dalam orasi pengukuhan guru besar yang akan disampaikan pada Sabtu (18/9) di Kampus C Unair, Prof Sabilal menegaskan kekurangan androgen parsial pada lelaki berusia di atas 50 tahun (partial androgen deficiency in aging male/PADAM) bukan akhir segalanya. Masih ada terapi sulih hormon yang bisa dilakukan.

Dua kemasan baru testosteron yang relatif aman dan nyaman, kata Prof Sabilal, adalah testosterone gel 2 persen dan injeksi testosteron yang diberikan tiga bulan sekali. Penggunaan testosterone gel yang dioleskan di paha bagian dalam, misalnya, praktis. Namun, ini memerlukan ketekunan karena harus dilakukan sehari sekali.

Kendati demikian, sebelum menerapkan terapi sulih hormon ini, pasien dengan keluhan penurunan fungsi seksual harus menjalani tes untuk mengecek kadar testosteron. Normalnya, kadar testosteron seorang lelaki adalah 9,36-37,1 nanomol per liter atau 270-1.070 nanogram per desiliter.

Selain itu, tes untuk mengecek ada atau tidaknya kanker prostat seperti Prostate Specific Antigen (PSA) dan colok dubur harus dilakukan. Pasalnya, kata Prof Sabilal, pada kanker prostat aliran kencing tidak lancar. Pemberian hormon justru hanya membuat kanker semakin menyebar.

Perbaikan gigi

Selain Prof Sabil, pada Sabtu (18/9) juga akan dikukuhkan dua guru besar lain: Prof Dr Sri Kunarti Prijambodo drg SpKG(K) dan Prof Dr Ni Nyoman Tri Puspaningsih Msi. Prof Kunarti mengangkat topik "Paradigma Baru dalam Penatalaksanaan Karies Gigi" untuk orasi ilmiahnya, sedangkan Prof Ni Nyoman dengan orasi berjudul "Peran Proteamik dalam Pengembangan Excelzyme di Industri".

Penanganan karies gigi atau gigi berlubang, menurut Prof Kunarti, semestinya tidak sekadar menambal. Namun, diperlukan juga pengecekan lingkungan gigi sehingga pencegahan bisa dilakukan dengan remineralisasi apabila ditemukan gigi berisiko karies.

Secara klinis, gigi yang berisiko berlubang biasanya memiliki titik putih (white spot) yang kusam dan seperti berlubang-lubang kecil. Struktur gigi ini bisa dirasakan dengan sonde yang seperti jarum kecil. Selain itu, diperlukan juga tes keasaman mulut dan kekentalan serta keasaman air ludah (saliva).

Selanjutnya, gigi yang berpotensi karies diolesi fluor plus setelah menggosok gigi dan menjelang tidur. "Bahan ini tidak berbahaya karena terbuat dari susu. Namun dengan melakukannya berulang-ulang dan kontrol ke dokter gigi setiap enam bulan, semestinya ada perbaikan kondisi gigi," tutur Prof Kunarti. (INA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com