Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bantuan Mentawai Masih Terkendala Cuaca

Kompas.com - 02/11/2010, 12:50 WIB

PADANG, KOMPAS.com — Bantuan kemanusiaan yang disalurkan sejumlah lembaga dan organsisasi kemanusiaan belum bisa sepenuhnya menjangkau para korban bencana tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Penyebabnya, para relawan terhalang cuaca buruk.

Koordinator Tim World Vision Indonesia, Edi Andreas, dalam siaran persnya, Selasa (2/11/2010), menyebutkan, hujan dan badai menghadang perjalanan KM Rozoki Tiga Saudara yang membawa bantuan World Vision Indonesia (WVI) untuk pengungsi di Sikakap, Kabupaten Mentawai.

Menurut Edi, karena buruknya cuaca, sang nakhoda terpaksa melabuhkan kapal tongkang bermuatan 50 ton lebih barang dan 26  penumpang itu di Pelabuhan Sioban, Kecamatan Sipora Selatan. "Hujan dan badai mengguncang kapal kami di tengah lautan. Beruntung kami bisa merapat dengan selamat di Pelabuhan Sioban," katanya.

Ia menjelaskan, ikut dalam perjalanan itu perwakilan Pusat Kajian Perlindungan Anak (PKPA), Tim Medis Yos Sudarso, dan Caritas Indonesia di Padang, yang akan melakukan assessment dan mendistribusikan bantuan awal dari World Vision berupa 200 terpal kepada pengungsi di Sikakap.

Jimmy Richard, Koordinator Posko Bantuan Kecamatan Sipora Selatan, menyebutkan, kapal WVI adalah kapal pertama pembawa bantuan yang masuk ke wilayah itu sejak tsunami menerjang wilayah itu, Senin (25/10/2010).

Wilayah Kecamatan Sipora Selatan yang terdampak gempa dan tsunami mencakup 7 desa. Dua desa terparah diterjang tsunami adalah Desa Bosua dan Beriulow. Diperkirakan, jumlah pengungsi di dua desa ini mencapai 1.921 orang atau sekitar 485 kepala keluarga. Tercatat ada 19 anak balita dan 55 murid SD di pusat evakuasi.

Pulau Pagai Hambatan cuaca buruk juga dialami Lembaga Swadaya Masyarakat "Muslim Hands International (MHI)" asal Inggris untuk korban tsunami di Pulau Pagai, Kepulauan Mentawai. Kapal pembawa bantuan dihadang badai laut dan gelombang tinggi.

"Bantuan itu telah tiba di posko bantuan di Sikakap sejak dua hari lalu, tetapi belum bisa didistribusikan karena perahu motor yang membawanya dihadang badai laut," kata relawan MHI, Rustam Effendi, di Sikakap, Senin malam.

Ia menyebutkan, MHI merupakan LSM kemanusiaan yang berpusat di Inggris, dan untuk Indonesia berpusat di Medan turun dalam misi kemanusiaan di Mentawai, bergabung dengan LSM Bulan Sabit Merah. Paket-paket bantuan itu kini telah ditumpuk di posko bantuan di Sikakap dan secepatnya didistribusikan kepada korban tsunami terutama yang berada di wilayah terpencil.

"Namun, beberapa kali bantuan yang dibawa dengan perahu motor gagal sampai ke tempat tujuan karena dihadang gelombang besar dan badai laut," ujarnya.

Dalam kesempatan terpisah, relawan lembaga kemanusiaan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Padang, Sumatera Barat, yang berangkat ke Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, mengakui medan di daerah tersebut sangat berat dibandingkan dengan daerah bencana lainnya.

"Beratnya medan Mentawai disebabkan akses menuju daerah tersebut hanya bisa dilakukan dengan jalur laut, menggunakan kapal, serta jalur udara dengan helikopter jika cuaca sedang bagus," kata anggota tim tanggap darurat PKPU Padang, Jafar, pada hari   Selasa di Padang.

Menurut Jafar, jika relawan hendak menyalurkan bantuan melalui jalur laut dengan menggunakan perahu motor dalam kondisi normal saja harus berhadapan dengan gelombang laut yang tingginya mencapai tiga meter. "Apalagi jika cuaca sedang buruk, gelombang bisa mencapai lima meter yang bisa membahayakan keselamatan relawan yang hendak menyalurkan bantuan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com