Di Jawa Barat, terdapat sekitar 22 juta jiwa perempuan dengan angka kejadian kanker 0,5 persen. Angka tersebut berarti dari setiap 100.000 perempuan, 26 orang di antaranya berisiko terkena kanker payudara.
Hingga kini belum ada yang bisa menunjuk pasti penyebab seorang perempuan menderita kanker payudara. Ketidaktahuan mengenai penyebab pasti kanker payudara kian simpang siur dengan berbagai mitos.
Ada yang menyebut bahwa penggunaan deodoran bisa mendorong terjadinya kanker payudara karena keringat di ketiak tidak bisa dikeluarkan. Begitu pula dengan penggunaan bra yang terlalu ketat, yang diyakini bisa memicu kanker.
”Kita berkeringat dari ujung kaki hingga kepala, penggunaan deodoran di ketiak tidak berpengaruh dengan risiko kanker. Bra yang terlalu ketat hanya menimbulkan iritasi kulit,” ujar See Hui Ti, konsultan senior Parkway Cancer Centre, Sabtu (13/11).
Selain mitos, pola pikir masyarakat yang mendahulukan pendekatan nonmedis, semacam pengobatan alternatif, kerap membuat penanganan kanker payudara terlambat. Pasalnya, kebanyakan pasien baru mendatangi dokter begitu pengobatan alternatif dirasakan tidak membuahkan hasil.
Wakil Ketua Yayasan Kesehatan Payudara (YKP) Jawa
Operasi sebetulnya merupakan penanganan bagi kanker payudara stadium awal. Dengan mengangkat kanker, berikut sebagian kecil jaringan di sekitarnya, bentuk payudara masih bisa dipertahankan. Untuk stadium yang lebih lanjut, harus dilakukan masektomi atau pengangkatan seluruh bagian payudara. Dalam stadium lanjut, tidak jarang pasien baru mengonsumsi obat.