Indira Permanasari
Sejauh mana pornografi mengganggu otak anak? Kepala Subbidang Pemeliharaan dan Peningkatan Kemampuan Intelegensia Anak Kementerian Kesehatan yang juga meneliti tentang itu, Gunawan Bambang, mencatat, ada dua sistem dalam otak manusia, yakni
Sistem direktori (
Sementara sistem limbik yang berada di perbatasan dengan struktur di sekeliling
Sistem
Saat seorang anak menyaksikan materi pornografi, sistem
Dalam sebuah seminar internasional dan pelatihan bertajuk ”Penanggulangan Adiksi Pornografi; Meningkatkan Kesadaran Masyarakat untuk Memelihara Kesehatan Otak dari Bahaya Pornografi”, pakar adiksi pornografi dari Amerika, Mark Kastleman, mengungkapkan, stimulasi oleh pornografi merangsang pelepasan hormon dopamin dan endorfin. Jumlah reseptor di dalam otak juga terus bertambah yang dapat menggiring seseorang menjadi kecanduan.
Kedua bahan kimia otak itu menimbulkan perasaan senang dan lebih baik melalui repetisi dan stimulasi neurotransmiter. Jika paparan pornografi diteruskan, otak akan membutuhkan dopamin semakin besar guna mempertahankan kadar rasa senang yang sama. ”Sama saja dengan adiksi lain, seperti alkohol dan heroin. Mereka menjadi mengidamkan kembali perasaan itu. Keadaan normal (tanpa pornografi) membuat mereka ’sakau’ dan depresi. Biasanya mereka merasa malu dan bersalah sehingga ingin berhenti tetapi tidak bisa,” ujarnya.
Dopamin dan endorfin akan sangat bermanfaat untuk membuat orang sehat dan menjalankan hidup dengan lebih baik saat normal. Namun, terkait pornografi, otak mengalami rangsangan berlebihan. Otak tak bekerja dengan normal dan tidak dapat merespons lagi, akibatnya otak mengecil. Pada anak dan remaja yang bagian otak logikanya belum berkembang, pornografi akan sangat berpengaruh dan rentan menyebabkan adiksi (kecanduan) serta merusak tumbuh kembang otak anak.