Saya mengalami infeksi influenza yang cukup berat. Saya berobat ke salah seorang spesialis di kota saya. Saya terkejut karena biaya konsultasi tak terlalu mahal, hanya seratus ribu rupiah tetapi obatnya mencapai dua ratus ribu rupiah. Jadi, untuk biaya berobat penyakit yang relatif sederhana, saya harus mengeluarkan biaya tiga ratus ribu rupiah. Padahal, gaji saya hanya lima juta rupiah sebulan dan saya harus mengeluarkan biaya untuk keluarga saya, istri, dan dua anak saya.
Usia saya sekarang 36 tahun. Seingat saya, sewaktu kecil dulu harga obat tidaklah mahal. Saya dan saudara-saudara saya sering diajak berkonsultasi ke dokter, padahal ayah hanya seorang guru yang pendapatannya terbatas. Saya merasakan bahwa jika sakit, untuk berobat sekarang ini memerlukan biaya yang tinggi. Belum lagi jika dirawat di rumah sakit.
Kenapa biaya berobat semakin tinggi. Apakah karena biaya kuliah untuk menjadi dokter mahal? Ataukah karena ekonomi kita yang disebut sebagai ekonomi biaya tinggi? Saya tak tahu apakah dokter juga melindungi diri dengan asuransi karena sekarang banyak tuntutan pasien terhadap dokter, yang sudah tentu akan menyebabkan biaya berobat menjadi mahal.
Adakah cara agar kita bersama dapat menurunkan harga obat khususnya, dan biaya berobat pada umumnya? Saya berniat melindungi diri dengan asuransi kesehatan tetapi cukup banyak anggota masyarakat yang hidupnya sulit sehingga tak mampu masuk asuransi. Mohon pendapat dokter.
B di J Jawab
Biaya berobat memang semakin meningkat. Ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi di seluruh dunia. Banyak faktor penyebab, di antaranya penggunaan teknologi canggih, penemuan obat baru, dan juga sarana layanan kesehatan yang mewah. Sudah tentu biaya ekonomi tinggi juga akan berpengaruh pada biaya kesehatan.
Di kota-kota besar di Indonesia sudah mulai tampak kecenderungan defensive medicine, yaitu dokter berusaha melindungi tindakannya dengan melakukan berbagai pemeriksaan laboratorium, penunjang, serta tindakan medis yang lengkap. Diharapkan, jika lengkap, hal ini akan dapat melindungi dokter apabila ada tuntutan. Dengan demikian akan banyak pemeriksaan yang sebenarnya tak perlu namun karena ketakutan dokter tetap dilakukan agar dokter tak dituduh lalai.
Memang benar kebiasaan menuntut dokter akan disikapi sebagian besar dokter dengan melindungi diri dengan asuransi profesi meski dokter yang membayar preminya sudah tentu tetap akan meningkatkan biaya berobat.
Jadi, barangkali sudah waktunya kita membina hubungan yang baik antara dokter dan pasien. Kita perlu meningkatkan komunikasi dokter dan pasien. Dokter perlu mempunyai empati, mendengarkan keluhan pasien dengan baik, tetapi pasien juga perlu mempunyai motivasi untuk sembuh serta percaya kepada dokter. Percaya bukan berarti pasien atau keluarga percaya saja semua perkataan dokter, tetapi percaya seperti kita memercayai sahabat kita. Kita percaya dokter berniat baik kalau ada yang tak jelas dapat kita komunikasikan.
Biaya mahal
Banyak cara untuk menurunkan biaya berobat. Cara yang paling baik adalah memelihara kesehatan dengan baik, melaksanakan gaya hidup sehat. Jika kita tidak sakit, tentu biaya kesehatan kita minimal.
Biaya kesehatan juga akan rendah jika kita lebih banyak memanfaatkan layanan kesehatan primer, puskesmas atau praktik umum dokter. Sebagian besar penyakit dapat diatasi di layanan kesehatan primer. Dalam kebijakan asuransi kesehatan di Thailand, misalnya, peserta harus memanfaatkan layanan kesehatan primer, ternyata lebih dari 70 persen masalah kesehatan dapat diatasi hanya sebagian kecil yang memerlukan rujukan ke dokter spesialis atau rumah sakit.
Kiat lain adalah menggunakan obat generik. Harga obat generik umumnya hanya sepersepuluh obat paten karena harga obat paten memperhitungkan biaya penelitian yang mahal itu. Jangan malu untuk minta obat generik kepada dokter Anda, permintaan itu merupakan hak pasien. Kita juga patut gembira karena sekarang juga ada kecenderungan baru, sebagian produsen obat paten mulai mencoba menyediakan harga obat yang terjangkau di negara yang sedang berkembang.
Suatu produsen obat paten terkenal bahkan pada tahun ini di Indonesia menurunkan harga obat produksinya rata-rata sebesar 50 persen. Masyarakat tentu menyambut baik kebijakan yang berpihak kepada masyarakat luas ini. Mudah-mudahan akan lebih banyak produsen obat paten menjalankan kebijakan serupa. Karena kita tahu belum semua obat paten dapat dibuat versi generiknya, jika masa patennya belum habis kita masih harus menunggu masa itu habis baru dapat membuat obat generik.
Jika dirawat di rumah sakit janganlah meminta kelas satu atau VIP. Karena pada umumnya di rumah sakit kelas satu atau VIP harus menyubsidi pasien yang dirawat di kelas tiga. Pilihlah rumah sakit yang mutu layanannya baik, belum tentu rumah sakit mewah layanannya bermutu.
Obat dan peralatan medis di Indonesia terkena pajak impor sehingga harganya jauh lebih mahal daripada Malaysia, misalnya. Malaysia tidak mengenakan bea masuk untuk obat dan peralatan kedokteran. Kita masih harus menunggu terwujudnya sistem pembiayaan kesehatan melalui jaminan sosial kesehatan, baik asuransi pemerintah, ABRI, perusahaan, maupun swasta.
Mudah-mudahan para pengambil keputusan dapat mewujudkannya dalam waktu yang tak terlalu lama. Jika jaminan tersebut dapat dilaksanakan di negeri kita, masyarakat tak perlu lagi jatuh miskin karena sakit. Masyarakat harus berupaya menjaga kesehatan, tetapi jika sakit dilindungi oleh asuransi yang sifatnya nasional.
Dr. Samsuridjal Djauzi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.