Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keamanan Produk Transgenik Dikhawatirkan

Kompas.com - 01/04/2011, 16:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Aliansi untuk Desa Sejahtera (ADS) dan Institute for Global Justice (IGJ) menolak rencana pemerintah membuka diri terhadap teknologi rekayasa dalam pemenuhan pangan, terutama produk transgenik seperti Golden Rice yang akan dikembangkan tahun 2013. Hal ini disampaikan dalam jumpa pers ADS dan IGJ di Restaurant Bumbu Desa, Jalan Cikini Raya Nomor 73, Jakarta, Jumat (1/4/2011).

Menurut Tejo Wahyu Jatmiko, Koordinator Nasional ADS, pemerintah perlu melakukan kajian keamanan hayati dan pangan yang sebenarnya-benarnya. ”Pemerintah harus melakukan berbagai riset tentang produktivitas hasil budidaya transgenik itu sendiri, juga apakah produknya ramah lingkungan dan apakah transgenik menyejahterakan petani,” kata Tejo.

Direktur IGJ Indah Suksmaningsih mengingatkan, dengan alasan penyediaan pangan, hak petani semakin disingkirkan dalam proses penyediaan pangan yang kini dikuasai oleh industri pangan. ”Perlu diingat, saat pertama kali Golden Rice dipromosikan pada tahun 2000, ada 70 klaim paten atas gen, sequence DNA, konstruksi gen yang tidak diumumkan ke publik. Yang selalu ditawar-tawarkan kebaikannya saja. Janji kemudahan akses kepada petani yang dimaksud pemerintah itu seperti apa?” kata Indah.

Kejadian di Sulawesi Selatan (2001-2003) membuktikan bahwa pertanian transgenik juga dimanfaatkan sebagai sarana monopoli benih dari perusahaan besar sehingga petani tidak memiliki ruang kreativitas untuk mengembangkan benih sendiri. Salah satu produk transgenik yang akan dijual ke pasaran adalah beras emas (golden rice) yang diklaim memiliki kandungan pro-vitamin A. Namun, secara metodologi, uji coba golden rice tersebut tidak dilakukan sebagaimana mestinya.

Prof Robert Russel dari Tufts University School of Medicine menyatakan bahwa uji coba golden rice tidak dilakukan ke hewan terlebih dahulu sehingga risikonya tidak terdeteksi. Di tingkat internasional karena ketiadaan penelitian selalu disebutkan bahwa belum ada data yang mengungkapkan risiko lingkungan dari golden rice, padahal ada kemungkinan penyerbukan silang antara golden rice dan beras lainnya. ”Produk-produk transgenik selalu satu paket dengan pestisida, kalau memang aman, buat apa ada pestisida? Riset-riset seperti ini juga harus diperhatikan pemerintah,” tutur Tejo.

Menurut Indah, strategi diversifikasi dengan menggunakan sumber daya lokal dalam mengatasi masalah pangan akan jauh lebih penting dam murah. ”Kita adalah negara penghasil umbi terbesar di dunia, sumber vitamin A, ada di sayuran hijau, beras pecah kulit, pepaya dan wortel yang cukup murah,” katanya.

Tejo menambahkan, pangan adalah hak warga negara yang harus dipenuhi negara. ”Kalau setiap usulan dari mana saja ditelan mentah-mentah tanpa melihat potensi yang dimiliki dan risiko yang akan ditanggung masyarakat, jelas saja situasi pangan Indonesia tidak pernah kuat,” kata Tejo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com