Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembesaran Prostat, Problem Alami Lelaki

Kompas.com - 18/04/2011, 08:03 WIB

SERPONG, KOMPAS.com — Seiring bertambahnya usia, setiap laki-laki dipastikan menghadapi risiko gangguan kesehatan organ reproduksi. Problem yang umum dialami para lelaki ini adalah pembesaran prostat yang dapat mengakibatkan tersumbatnya saluran kencing. Namun para pria tak perlu khawatir, dengan metode yang tepat, kondisi ini dapat ditangani tanpa memberikan efek samping yang memengaruhi kejantanan. 

Demikian disampaikan dr Johan R Wibowo SpU dalam seminar "Ginjal dan Prostat Sehat untuk Kehidupan yang Lebih Baik" di Rumah Sakit Omni Alam Sutera, Serpong, Tangerang Selatan, Sabtu (16/4/2011).

Kepala Pusat Urologi RS Omni tersebut mengatakan, penyempitan saluran pembuangan akibat pembesaran prostat jinak ini merupakan proses alamiah yang selalu dialami laki-laki seiring semakin bertambahnya umur. Penyempitan ataupun penyumbatan itu umum sering kali melanda pria paruh baya maupun lanjut usia. 

Prostat merupakan sebuah kelenjar sebesar biji kemiri yang berlokasi di daerah panggul tepat di bawah lubang kandung kemih. Kelenjar yang hanya terdapat pada pria ini mengelilingi uretra, yakni  saluran tempat mengalirnya urine dari kandung kemih sampai ujung penis. Kelenjar ini memegang peranan penting dalam proses reproduksi yaitu penghasil sebagian besar cairan yang akan bercampur dengan sperma sehingga terbentuk semen.

"Prostat dipengaruhi oleh hormon testosteron dan saluran adrenal mulai dari akil balig atau pria yang mulai mimpi basah. Naiknya persentase penyempitan saluran kencing ini hanya sekitar 1 persen pada usia 30 tahun dan naik drastis menjadi 50 persen pada 60 tahun," kata Johan. 

Ia menambahkan, pembesaran prostat ini akan menutup 90 persen saluran urine pada pria berusia 80 tahun dan dapat tertutup total saat umur 90 tahun akibat prostat yang mendesak saluran kencing. Pria yang beruntung tidak akan mengalami penyempitan saluran buang, misalnya jika pembesaran prostat tidak mengarah ke saluran urine.

"Prosesnya alamiah seperti rambut uban dan proses ini tidak dapat dicegah dengan cara apa pun," tambahnya. 

Gejala penyempitan saluran ini, kata Johan, antara lain melemahnya pancaran kencing dan umumnya lama. Selain itu, penderita juga sering merasa harus terburu-buru saat buang air kecil (BAK), pancaran urine terputus-putus, sering BAK, mengompol, hingga BAK lebih dari dua kali pada malam hari. 

Selain pemeriksaan urine, pengecekan gejala ini juga perlu dilakukan dengan pemeriksaan darah khususnya untuk prostate specific antigen (PSA). PSA ini berguna untuk memeriksa apakah pasien memiliki kanker prostat atau tidak. Dokter umumnya juga akan memeriksa pancaran urine pasien dengan alat uroflowmetry dan USG untuk melihat seberapa besar ukuran prostat.

"Mengatasinya bisa dengan berbagai cara, mulai dengan obat-obatan, operasi terbuka, transurethral resection of the prostate (TUR-P), atau laser. Namun semuanya ada efek samping, antara lain impoten, produksi air mani tidak lancar, hingga gangguan seksual," papar Johan.

Terapi Tuna

Semakin berat cara penanganan medis untuk masalah gangguan prostat, risiko yang ditimbulkannya juga besar. Johan menuturkan, cara alternatif pasien muda dan seksual aktif digunakan terapi transurethral needle ablation (TUNA). Ini merupakan terapi yang menggunakan gelombang panas untuk memanaskan dan mengempiskan prostat. Cara ini dianggap lebih aman bagi penderita penyakit jantung, paru, maupun stroke. Proses tindakan medisnya pun hanya 30 menit sehingga tidak perlu rawat inap.

Meski demikian, tetap ada kekurangan, antara lain prosesnya harus berulang-ulang dan perlu waktu delapan minggu untuk sembuh dalam sekali terapi. Harganya juga lebih mahal karena alatnya sekali pakai dan berulang kali.

"Cara ini cocok untuk pasien muda yang aktivitas seksualnya masih tinggi karena cara ini 50-60 persen lebih tidak berisiko dibanding TUR-P yang bisa mengakibatkan impoten," kata Johan kepada Kompas.com seusai acara.

Metode penanganan medis Tuna ini tidak dapat dilakukan untuk penderita kanker prostat. Tidak dapat pula dilakukan untuk penderita yang telah mengalami penyumbatan total pada saluran kencingnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau