Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asuransi untuk Sopir dan Kondektur

Kompas.com - 10/06/2011, 03:16 WIB

Namun, tidak semua anggota sepakat. Sebagian dari mereka menganggap penyisihan uang itu manfaatnya tidak dirasakan langsung. Apalagi, dengan empat program penjaminan yang diikuti, yakni kesehatan, kecelakaan, kematian, dan hari tua, mereka harus menyisihkan Rp 75.000 per bulan. Ini bukan jumlah kecil bagi sopir dan kondektur yang berpenghasilan rata-rata kurang dari Rp 50.000 per hari.

Uci dan pengurus Gasonek mencari terobosan untuk menyiasati kesulitan itu. Caranya, memotong Rp 20.000 dari pendapatan kotor satu armada bus per hari. Dengan kewajiban itu, iuran asuransi lebih mudah terkumpul. Dalam sehari, rata-rata armada sebanyak 15-20 bus dalam sebulan bisa mengumpulkan Rp 7 juta-Rp 9 juta.

”Sopir dan kondektur tak terbebani dengan potongan itu karena menganggapnya ongkos kerja, bukan uang pribadi yang dikurangi,” ujarnya.

Uci harus berkali-kali menjelaskan manfaat program penjaminan itu dalam pertemuan rutin Gasonek, ”Kita ini pekerja mandiri, semua tergantung usaha sendiri. Jika bukan kita sendiri, siapa yang memayungi hidup kita?” katanya.

Gasonek membayar sekitar Rp 7,5 juta per bulan kepada PT Jamsostek untuk kepesertaan 98 sopir dan kondektur. Hingga tahun ketiga ini, proses pemungutan dan pembayaran iuran dan klaim berjalan lancar.

Uci mengurus semua proses terkait program itu. Di luar waktu mengemudikan bus, ia merinci administrasi anggotanya. Ia mengurus administrasi anggota atau keluarganya yang menjalani pengobatan, rawat inap, operasi, menebus obat ke apotek, mengurus santunan kematian, dan biaya pemakaman.

Saat terjadi selisih pendapat, Uci tidak segan menengahi dan membela anggota untuk mendapatkan haknya. Pernah ada anggota yang diminta menebus obat senilai ratusan ribu rupiah di luar tanggungan asuransi. Padahal, pasien itu tak mampu dan penyakitnya bisa diobati dengan obat yang tertera dalam rujukan. Protes Uci kepada beberapa pihak terkait dikabulkan sehingga si pasien tidak perlu mengeluarkan uang pribadi.

Seluruh pengeluaran dan pemasukan uang terkait program itu dicatatnya. Agar tidak ada kecurigaan, Uci menyampaikan laporan keuangan dalam rapat rutin paguyuban. Ia menempel laporan keuangan, termasuk fotokopi kuitansi, di papan di luar Mushala Al Barokah, Terminal Ciganea, yang menjadi ”markas” sopir dan kondektur saat istirahat.

Menurut Kepala Bidang Pemasaran PT Jamsostek Cabang Purwakarta Tonny Tanamal, kiprah individu seperti Uci di Gasonek membuat program asuransi bagi pekerja informal dapat berjalan baik. Minimnya kepesertaan penjaminan sosial tenaga kerja dari sektor informal selama ini umumnya terkendala antara lain ketiadaan wadah yang dapat dipercaya dan kemampuan mereka dalam mengelola anggota.

Rasakan manfaat

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com