Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi demi Pasien Puskesmas

Kompas.com - 22/06/2011, 07:06 WIB

Begitu memasuki pembuatan resep, dokter akan mendapat pemberitahuan dari aplikasi bila obat yang diresepkannya berpotensi terjadi interaksi maupun duplikasi sehingga bisa diganti dengan yang lain. Dokter pun bisa tetap meresepkan meski harus mengisi kolom alasan.

Menyahut ajakan

Hampir rampung dengan aplikasi buatannya, tidak berarti masalah sudah selesai. Dia menghadapi gelombang penolakan dari calon penggunanya, yakni puskesmas. Salah satu alasan yang sering dilontarkan adalah keengganan untuk belajar komputer karena tidak semua petugas melek teknologi dan sudah nyaman dengan pencatatan konvensional.

Alasan lain yang sering dihadapi adalah pendapat yang menyatakan bahwa resep haruslah berupa kertas. Pengertian umum resep adalah perintah yang ditulis dokter kepada apoteker untuk mengeluarkan obat. Pengertian tersebut juga dipakai dalam peraturan pemerintah. Isu tersebut dijawab Irma dengan argumen bahwa Indonesia telah memiliki Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik sehingga memungkinkan dokumen tidak harus berupa kertas, termasuk resep.

Dari berbagai puskesmas tersebut, ternyata hanya satu yang bersedia mencoba aplikasi resep elektronik milik Irma, yaitu Puskesmas Babakan Sari di daerah Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat. Kepala Puskesmas saat itu, Dr Ira Dewi Jani, menyatakan ketertarikannya menerapkan resep elektronik di tempatnya.

Ira beralasan, sebagian besar waktu para petugas di sana tercurahkan untuk menyelesaikan tugas administratif seperti mengantar rekam medis dan pembuatan laporan. Padahal, mereka punya kewajiban di lapangan seperti pembinaan di posyandu ataupun sekolah. Ira merasakan betul bahwa puskesmas masih dipandang sebelah mata sebagai pemberi akses kesehatan bagi masyarakat.

”Padahal, ada sekitar 8.600 puskesmas di Indonesia dan 60 persen warga menengah ke bawah mendatangi puskesmas terlebih dahulu untuk berobat,” tutur Ira.

Dengan kemauan keras, akhirnya petugas Puskesmas Babakan Sari belajar mengoperasikan komputer meski tidak mudah. Irma menyiasati hal tersebut dengan mengajari mereka menggunakan situs jejaring sosial Facebook. Dari sana, mereka dibiasakan untuk mencentang pilihan dan mengoperasikan komputer. Salah satu cerita yang kerap diutarakan adalah salah satu pegawai senior yang awalnya tidak bisa menyalakan komputer kini menjadi tenaga administrasi di ruang pendaftaran yang bisa diandalkan.

Dalam waktu satu tahun, resep elektronik menunjukkan hasilnya. Administrasi di Puskesmas Babakan Sari jauh lebih ringkas dan memudahkan para petugas. Irma pun beberapa kali diundang mempresentasikan inovasinya dalam forum di luar negeri seperti di Bangkok, Thailand akhir 2009 dan di Luksemburg pada April 2011. Puskesmas Babakan Sari pun kerap dikunjungi tamu dari luar negeri seperti Filipina dan Pakistan untuk melihat kerja resep elektronik.

Sayangnya, hingga kini Irma belum berkesempatan mereplikasi aplikasinya ke puskesmas ataupun rumah sakit lainnya. Padahal, aplikasi tersebut juga memiliki potensi lain, yakni mengumpulkan data yang berguna bagi perumusan kebijakan kesehatan nasional.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com