Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kitosan-Kurkumin Pemburu Sel Kanker

Kompas.com - 01/07/2011, 09:24 WIB

Ronny mengemukakan, obat antikanker dengan teknologi nanopartikel ini ditempuh melalui enkapsulasi kurkumin dengan kitosan berukuran 2-5 nanometer. Ketersediaan bahan baku untuk kurkumin dan kitosan melimpah sehingga berpeluang menjadi obat murah.

”Ada dua cara untuk menjadikan kitosan dan kurkumin ini memiliki ukuran nanopartikel,” kata Ronny.

Kedua metode itu meliputi top down dan bottom up. Metode top down menggunakan prinsip fisika dengan peralatan homogeniser yang belum ada di Indonesia dan biayanya menjadi relatif mahal. Metode bottom up pada prinsipnya ditempuh proses secara kimia dengan mencampurkan kitosan dan kurkumin tersebut.

”Saat ini belum ada industri yang menyatakan ingin bekerja sama untuk mengembangkan riset ini dan memproduksi obatnya di kemudian hari,” katanya.

Menurut dia, kelimpahan bahan baku merupakan modal utama pengembangan obat itu pada masa depan. PGV-0 mudah diperoleh dari kurkumin rimpang kunyit dan temulawak yang memiliki habitat cocok di wilayah tropis di Indonesia.

Kitosan terbuat dari kitin yang terkandung di dalam cangkang udang-udangan, termasuk cangkang kepiting. Cangkang udang, misalnya, diperkirakan mencakup 30-70 persen bagian dari tubuh udang sendiri sehingga cangkang menjadi limbah yang melimpah.

Melalui proses pemurnian, cangkang akan menghasilkan kitin sebagai senyawa aminopolisakarida yang mampu mengikat 4-5 kali berat lemak ketimbang berat kitin itu sendiri. Untuk menjadikan kitin sebagai kitosan, ditempuh melalui proses hidrolisis kitin dengan asam dan basa.

Kitosan merupakan kitin yang telah dihilangkan gugus asetilnya, lalu menyisakan gugus amina bebas yang menjadikan kitosan bersifat polikationik atau ion bermuatan positif.

”Karena muatan kitosan yang positif ini bisa ditempelkan dengan kurkumin yang bermuatan negatif,” kata Ronny.

Obat antikanker dengan kombinasi kitosan dan kurkumin—lebih tepatnya adalah PGV-O dengan ukuran nanopartikel—ini dimasukkan secara oral ke tubuh penderita.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com