Jakarta, Kompas
Dalam jumpa pers di Kantor Kementerian Kominfo, Jumat (8/7), Kepala Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan Trihono mengatakan, survei dilakukan pada semua produk susu formula yang beredar di pasaran berjumlah 47 merek.
Pengambilan contoh dilakukan di swalayan dan pasar tradisional di 23 provinsi. Pengambilan contoh susu mengacu pada ISO/TS 22964 : 2006, yaitu metode khusus untuk mendeteksi kandungan
Untuk menjamin obyektivitas hasil survei, demikian Trihono yang juga Pengarah Tim Nasional Survei Cemaran Mikroba pada Susu Formula Bayi, merek contoh ditutup dan diganti dengan kode. ”Kesimpulannya, tidak ditemukan pencemaran bakteri pada susu formula yang beredar tahun ini,” ujar Trihono
Berbeda dengan riset yang dilakukan IPB tahun 2003-2006 yang hasilnya menemukan ada susu formula yang tercemar, dia mengatakan, survei bersama ini termasuk kategori surveilans yang bertujuan mencari informasi ada tidaknya cemaran bakteri.
Sementara itu, riset IPB tergolong isolat. ”Sifat riset isolat adalah berburu bakteri. Di sini, tidak ada ketentuan jumlah contoh dan tidak untuk diumumkan. Fungsinya untuk menguji karakter patologis pada obyek tertentu,” katanya. Hal senada dikemukakan Rektor IPB Herry Suhardiyanto.
Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih mengingatkan, bayi sampai usia enam bulan sebaiknya diberi ASI eksklusif, bukan susu formula.