Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Ujung Genteng hingga Dolly

Kompas.com - 27/07/2011, 08:18 WIB

Berbagai keterbatasan dan tantangan tidak membuat Eulis patah arang. Sebaliknya, itu justru memaksa dia berpikir kreatif membuat berbagai terobosan bidang kesehatan yang berbasis kemandirian warga. Salah satunya mendirikan rumah-rumah singgah persalinan.

Rumah singgah persalinan adalah suatu ide pemberdayaan rumah warga di dusun-dusun terpencil untuk dijadikan tempat persalinan yang layak. Rumah yang dipilih adalah yang berada di tempat strategis, yaitu pinggir jalan, serta berfasilitas penerangan dan air bersih.

”Warga sukarela memperbolehkan satu kamar di rumahnya dijadikan ruang khusus persalinan. Jika ada ibu yang mau melahirkan, ia tinggal menghubungi ketua RT, RW, atau ronda hansip, yang lalu menyampaikan ke saya. Lalu, saya yang mendatangi mereka. Jika tidak begitu, selalu ada saja alasan para ibu enggan ditangani tenaga kesehatan,” ungkap Eulis.

Untuk memudahkan mobilitas, Eulis menggandeng pengojek dan para sopir pengangkut hasil bumi lewat program Ambulans Desa. Dogong (sejenis minibus) adalah kendaraan yang sering dia gunakan. ”Melalui ambulans desa ini, semua warga berkomitmen menyediakan layanan persalinan,” ujar Eulis yang tidak jarang menyetir sendiri angkutan itu.

Uniknya pula, biaya operasional persalinan diperoleh dari hasil arisan ibu hamil sebesar Rp 1.000 per hari per ibu hamil selama satu tahun. Hal ini juga dilakukan Widiarti, kader kesehatan di Klakah, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Dana arisan, ucap Winarti yang juga meraih penghargaan Sang Teladan, dikumpulkan kader-kader kesehatan di pos-pos pelayanan terpadu kesehatan. ”Ini (arisan) sebetulnya juga menjadi sarana agar para ibu hamil tetap dapat terpantau dan melahirkan di layanan kesehatan, bukan oleh para dukun beranak yang kurang mendapatkan pelatihan medis,” ujarnya.

Alhasil, di wilayah kerja Eulis dan Winarti, kasus kematian ibu dan bayi saat ibu melahirkan bisa ditekan hingga nol. Padahal, di desa-desa lain di wilayah mereka tinggal, kasus kematian ibu melahirkan masih terus terjadi.

Tertinggi di Asia Tenggara

Angka prevalensi kematian ibu melahirkan di Indonesia saat ini tergolong tinggi, bahkan yang tertinggi di Asia Tenggara, yaitu 228 kasus per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini, menurut Utusan Khusus Kepresidenan Program MDGs Nila F Moeloek, menjadi beban terbesar pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium 2015 di Indonesia.

Persoalan lainnya adalah rendahnya asupan kalori dan gizi, terutama pada anak-anak, di Tanah Air akibat kemiskinan. ”Jika itu terus dibiarkan, kita akan kehilangan satu generasi pada masa depan yang sudah bodoh, miskin, lalu sakit-sakitan pula,” ujarnya mengungkapkan kekhawatirannya akan persoalan kesehatan dan kemiskinan dalam sebuah forum diskusi di Jakarta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com