Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jahatnya Lemak Perut Bagi Seksualitas Pria

Kompas.com - 10/08/2011, 07:29 WIB

Ereksi terjadi saat saluran pembuluh darah menuju penis membesar dan menyebabkan organ vital ini terisi penuh dengan darah. Proses ini dimulai ketika lapisan dalam pembuluh (endothelium) melepaskan nitrat oksida, sejenis molekul yang memberi sinyal pada otot-otot sekitarnya untuk rileks. Viagra dan obat-obatan sejenisnya bekerja dengan meningkatkan jumlah nitrat oksida dalam endotelium.

Meski para ahli belum memahaminya dengan pasti, obesitas dapat membuat sel endotelium rusak. Ketika endotelium tak bekerja maksimal, penis mungkin tak mendapatkan pasokan darah yang cukup untuk menimbulkan atau mempertahankan ereksi.

"Ereksi pada dasarnya adalah sebuah peristiwa kardiovaskular. Jika aliran darah tak mau meningkat karena pembuluh darah tidak melebarkan normal, maka ada penurunan dalam fungsi ereksi," kata Robert A. Kloner, MD,  ahli jantung dan profesor kedokteran dari University of Southern California Keck School of Medicine, Los Angeles.

Dalam penelitian terbaru ini, para ahli memang melihat adanya perbaikan fungsi endotel pada laki-laki yang  kehilangan berat badan. (Fungsi diukur dengan menggunakan dua tes laboratorium yang berbeda.)

Buruknya kesehatan jantung juga dapat menyebabkan impotensi dengan cara yang lain. Perilaku menumpuk lemak dan malas berolahraga yang membuat tubuh tambun juga berkontribusi pada penyempitan serta pengerasan arteri (aterosklerosis), di mana kolesterol dan zat lainnya terbentuk dan menyumbat di dinding arteri.

Aterosklerosis, yang dikenal sebagai faktor pencetus serangan jantung, juga bisa mudah terjadi pada pembuluh darah kecil yang mengarah ke penis. Bahkan kata Kloner, aterosklerosis awalnya menyerang pembuluh-pembuluh kecil, sehingga ini dapat menjelaskan mengapa ED dapat dijadikan isyarat akan peringatan awal penyakit jantung.

Peran testosteron

Masalah pembuluh darah bertanggung jawab pada sebagiab besar kasus impotensi yang dialami pria obesitas di atas 40 tahun.  Tetapi penyebab umum lainnya adalah rendahnya kadar testosteron, yang juga terkait dengan obesitas. Kadar hormon seks laki-laki yang cukup tinggi penting artinya untuk mempertahankan gairah seks dan mengalami ereksi.

"Testosteron rendah seringkali tidak terdiagnosis. Dan karena kita semua semakin gemuk, fenomena ini kian  meningkat," kata Ronald Tamler, MD, direktur program kesehatan pria di Mount Sinai Medical Center, di New York.

Kepada mereka yang berperut buncit, Billups kerap memeringatkan agar mereka mewaspadai menurunnya kadar testosteron. Lemak di bagian perut tampaknya memiliki efek lebih besar terhadap hormon dibandingkan lemak yang terdistribusi di bagian tubuh lain.

"Itulah aktor buruk yang menjadi mediator dari inflamasi serta mempermudah masuknya beragam zat ke dalam tubuh yang menurunkan kadar testosteron," kata Billups.

Dengan menurunkan sedikit saja berat badan dapat meningkatkan fungsi pembuluh dara. Tetapi efek penurunan berat badan pada kadar testosteron mungkin tidak akan terjadi secara instan. Menurut Tamler, pria yang testosteronnya rendah dan mengalami impotensi, meskipun ia berhasul menurunkan berat badan, mungkin perlu mempertimbangkan pemakaian gel testosteron, suntikan atau koyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com