SURABAYA, KOMPAS -
Sejak Januari hingga Oktober 2011, terpantau 328 kasus difteri. Adapun jumlah pasien meninggal 11 orang, di antaranya di Kota Probolinggo pada April 2011. ”Gejalanya, antara lain, tenggorokan sakit dan gangguan pernapasan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Timur Mujib Affan, Minggu (9/10). Difteri disebabkan bakteri Corynebacterium diphtheriae dengan masa inkubasi kurang dari seminggu.
Biasanya difteri menular karena kontak langsung dengan penderita atau pembawa
Tingginya kasus difteri di Jatim, lanjut Affan, diduga terkait rendahnya kesadaran masyarakat terhadap imunisasi. Hingga kini, masih ada orangtua yang tak pernah mengimunisasi anaknya meskipun digratiskan.
Mulai hari Senin ini, Pemprov Jatim akan melaksanakan imunisasi di 34 kabupaten/kota. Imunisasi gratis dilaksanakan di puskesmas dan posyandu. Sasarannya anak-anak kelas III hingga kelas VI SD. ”Orangtua akan kami rayu agar mau mengimunisasi anaknya,” kata Affan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Esty Martiana Rachmie menuturkan, Surabaya masuk wilayah dengan perhatian tinggi karena menjadi tujuan migrasi. ”Surabaya daerah urban sehingga banyak orang datang dan pergi. Ini menambah risiko penularan,” ujarnya.
Sejak Januari-September,
Pihak Dinas Kesehatan Banyuwangi juga akan melaksanakan imunisasi balita secara serentak mulai hari ini. Imunisasi dipusatkan di puskesmas dan posyandu se-Banyuwangi. ”Balita sasaran utama imunisasi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Hariadji.
Dinas kesehatan dan pengurus posyandu akan mendata balita yang belum diimunisasi. Selama ini imunisasi difteri masuk lima imunisasi dasar lengkap, tetapi ternyata tak semua balita mendapatkannya.