Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saya Tak Pernah Menamakan Diri Saya Umar Patek

Kompas.com - 28/11/2011, 14:05 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Sejak insiden Bom Bali I pada tahun 2002, nama Umar Patek mencuat. Ia pun dikabarkan menduduki jabatan penting di jaringan teroris, yang anggotanya termasuk Dulmatin, Nurdin M Top, dan dr Azhari.

Namun, siapa sangka, laki-laki kelahiran Pemalang, Jawa Tengah, tahun 1970, itu tidak terima dipanggil Umar Patek. Ia menyampaikan hal ini saat ditanya Hakim Ketua Suharjono di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, saat menjadi saksi dalam persidangan istrinya, Siti Ruqqayah (31).

Umar menyangkal nama Patek karena ia tidak merasa pernah menggunakan nama tersebut, walaupun ia mengakui sempat menggunakan sejumlah nama palsu, seperti Abu Syeikh alias Umar Arab alias Umar Kecil.

"Saya tidak pernah menamakan diri saya Umar Patek. Saya enggak tahu dari mana," katanya.

Namun, ia memperkenalkan dirinya sebagai Umar kepada sejumlah orang, termasuk kepada Hary Kuncoro, yang kenal kali pertama pada 2003 lalu, dan telah membantunya mengurus permohonan paspor di Kantor Imigrasi Jakarta Timur.

Lulusan kamp Afganistan itu mengaku dilahirkan dengan nama Hisyam. Setelah lulus SMU di Pemalang dan mulai ikut pergerakan, ia kerap menggunakan sejumlah nama palsu, termasuk Anis, yang digunakan dalam paspornya yang ia dapatkan dari Kantor Imigrasi Jakarta Timur, Juli 2009.

Perkara nama Anis tersebut, Umar mengaku bahwa hal itu adalah salah satu usahanya untuk menghindar dari jeratan hukum. Umar sadar bahwa ia telah menjadi buron setelah insiden Bom Bali I pada 2002. "Saya kan buron sejak tahun 2002, maka saya menggunakan nama palsu," tambahnya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com