Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memukul Membuat Anak Merasa Jelek

Kompas.com - 28/12/2011, 06:25 WIB

Fungsi kognitif anak juga ikut berpengaruh. Penelitian yang dilakukan di Duke University terhadap bayi 12 bulan yang dipukul menunjukkan skor tes kognitif yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak dipukul, setelah mereka berusia tiga tahun. Memukul pun memiliki efek merusak pada perkembangan perilaku dan mental anak.

Lisa Berlin, pimpinan penelitian dari Center for Child and Family Policy, Duke University, dan koleganya, menjumpai bahwa anak yang dipukul pada usia satu tahun cenderung memiliki perilaku lebih agresif pada usia dua tahun. Anak-anak ini pun pada pengukuran kemampuan berpikir di usia tiga tahun tidak menunjukkan sebaik anak lain yang tidak dipukul. Studi tersebut dipublikasikan pada jurnal Child Development seperti dikuti CNN Health.

"Yang kita bicarakan adalah bayi dan anak balita. Saya pikir, secara kognitif, mereka belum mengerti tentang benar-salah atau hukuman, serta manfaat dari pukulan tersebut," tambah Lisa.

Lebih agresif

Sementara itu, penelitian lain yang dilakukan di Tulane University menemukan, dari sekitar 2.500 anak yang diteliti yang biasa atau sering dipukul pada usia tiga tahun, mereka cenderung lebih agresif ketika menginjak usia 5 tahun.

"Biasanya, ketika anak lebih agresif, mereka menjadi lebih banyak dipukul dan terjadilah lingkaran yang tidak berkesudahan," imbuh Elly. 

Memberi hukuman pada anak, apalagi dengan memukul, sangat tidak disarankan oleh Elly. "Baik pemberian hukuman maupun hadiah, kurang tepat diberikan kepada anak. Juga kurang efektif karena itu semua datang dari luar," kata Elly.

Hukuman yang diberikan tidak mengajarkan kontrol internal dari diri anak supaya perilaku yang keliru tidak dilakukan lagi. Hukuman tidak mengajarkan bagaimana anak bertingkah laku sesuai harapan orangtua dan bagaimana ketika situasi sama muncul lagi.

"Sebenarnya, mengapa sih kita memberi hukuman?" tanya Elly. "Hukuman lanjutnya bertujuan untuk membuat anak menyesal, atau menyakitinya karena dia telah berkelakukan tidak baik atau tidak pantas, dengan harapan agar anak tidak mengulangi perbuatannya lagi."

Kemudian, agar efektif, hukuman harus sangat keras sehingga anak tidak mengulangi kelakuannya. Padahal, dari semua itu, hukuman malah melatih anak takut kepada orangtua, melawan orangtua, berbohong, melakukan sesuatu tanpa ketahuan atau tertangkap basah, dan lain sebagainya.

Paling dikhawatirkan, hukuman malah akan merusak harga diri anak sehingga tidak efektif kalau sering digunakan. Ketimbang hukuman, orangtua sebaiknya memberi aturan yang jelas dengan melibatkan anak. Aturan menjadi seperangkat harapan terhadap anak, berupa panduan dan batasan, dengan dasar kepedulian serta cinta. Ketika anak bertingkah laku tidak sesuai harapan, coba hentikan, lihat, dengar, dan pikirkan perasaan yang mendorong perbuatannya. Selain itu, orangtua juga harus membantu anak mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk mencegah mereka mengulangi tingkah laku negatif. (Diana Y Sari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com