Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Flu Burung: Berharap pada Vaksin Manusia

Kompas.com - 01/02/2012, 03:32 WIB

AGNES ARISTIARINI

Meski jumlah kasus menurun, jatuhnya korban manusia akibat terinfeksi virus flu burung masih saja berlangsung. Dua kematian terakhir terjadi di kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Dengan total 184 kasus flu burung, 152 orang di antaranya meninggal dunia, Indonesia memang menjadi negara dengan jumlah kasus tertinggi di dunia. Padahal, ketika mencapai puncaknya pada 2006—dengan 55 kasus—berbagai upaya sudah diagendakan.

Provinsi DKI Jakarta yang memiliki jumlah kasus flu burung terbanyak setelah Jawa Barat sudah memberlakukan larangan memelihara unggas di kawasan permukiman sejak pertengahan Januari 2007. Faktanya, hingga kini masih banyak penduduk yang memelihara unggas di sekitar rumah.

Padahal, pengendalian virus pada unggas adalah kunci sukses Thailand dan Turki meniadakan kasus pada manusia sejak 2007. Di Thailand, perdagangan hewan dan unggas tidak boleh lagi diselenggarakan di pasar-pasar terbuka, terutama di kota-kota yang padat penduduk. Di Turki, mata rantai perjalanan penderita sampai ke rumah sakit rujukan diperpendek sehingga pasien tidak lagi terlambat datang ke rumah sakit.

Di sinilah ironinya: arah kebijakan di Indonesia—sejak kehadiran virus flu burung tahun 2003—ternyata masih tidak jelas. Pola pemeliharaan, pengangkutan, penjualan, dan pemotongan unggas tetap berjalan tanpa penerapan biosafety.

Padahal, pengelolaan unggas menjadi penting karena persoalan flu burung terkait dengan kemampuan virus flu burung meloncat ke manusia. Maka, seperti yang disampaikan oleh CA Nidom, Ketua Avian Influenza-zoonosis Research Center-Universitas Airlangga (AIRC-Unair), kunci penanggulangan adalah pada upaya mencegah dan menghilangkan risiko manusia tertular. ”Sumber virus harus segera dimusnahkan dan ketahanan tubuh manusia ditingkatkan,” kata Nidom.

Sulitnya mengubah perilaku masyarakat (dan pemerintah) membuat AIRC-Unair memilih mengembangkan master seed vaccine (benih utama vaksin) untuk manusia.

Sejak 2007

Perjalanan membuat vaksin flu burung untuk manusia ini berlangsung sejak 2007 setelah Unair menjadi badan hukum milik negara. Imbauan Rektor Unair agar setiap unit menghasilkan produk unggulan direspons Nidom dengan merekrut lulusan baru dari fakultas farmasi, kedokteran, kedokteran hewan, ilmu pengetahuan alam, bahkan sarjana komunikasi-sosial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com