Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Anak Usia 2-15 Mengalami Stres?

Kompas.com - 20/03/2012, 19:27 WIB

KOMPAS.com - Stres bukan hanya milik orang dewasa. Menurut catatan lembaga konseling Personal Growth, empat dari lima anak usia 2-15 tahun juga mengalami stres. Komisi Nasional Perlindungan Anak juga mencatat, sepanjang 2011 terjadi peningkatan berbagai bentuk pengabaian dan hak anak Indonesia.

Komnas PA menerima laporan rata-rata 200 kasus setiap bulan, meningkat 98 persen dari tahun sebelumnya. Laporan ini juga menunjukkan adanya peningkatan gejala anak stres di Indonesia.

Psikolog dan direktur Personal Growth Dra Ratih Ibrahim, MM, menyebutkan anak usia 2-15 yang mengalami stres tersebut, 40 persennya adalah balita dan 60 persennya anak usia sekolah.

"Stres berat terjadi pada anak SD hingga SMA. Umumnya orangtua mengajak anak mendatangi psikolog dengan pemicunya nilai akademik di sekolah yang terus menurun. Tapi ada juga anak usia 12-15 tahun yang minta ke orangtuanya untuk konsultasi karena merasa membutuhkan psikolog," jelas Ratih saat bincang-bincang tentang Gejala Stres pada Anak Balita di restoran Luna Negra, Jakarta, Selasa (20/3/2012).

Ketika anak datang menemui psikolog, fokus utamanya adalah mengembalikan harga diri anak, bukan semata bicara mengapa nilai akademiknya turun misalnya.

Penyebab

Penyebab stres pada anak beragam. Komnas PA mengungkapkan, penyebab stres pada anak, 82,9 persen berasal dari minimnya komunikasi orangtua. Di tambah lagi, anak memiliki aktivitas yang sangat padat dan berakibat pada hilangnya hak anak untuk bermain dan berekreasi.

Serupa dengan Komnas PA, Ratih mengungkapkan kurangnya komunikasi dua arah yang berfungsi baik antara orangtua dan anak berpotensi membuat anak stres.

Mengenai penyebab stres pada anak, Ratih memberikan penekanan pada pola pengasuhan orangtua yang keliru. Gaya pengasuhan yang salah contohnya sikap otoriter orangtua kepada anaknya, orangtua kurang demokratis, abai terhadap anak, dan stimulasi yang salah.

Yang dimaksud dengan stimulasi salah adalah orangtua terlalu banyak memberikan stimulasi terhadap anak, demi mencapai obsesinya sendiri. Untuk menyiapkan anak menjadi pribadi yang siap menyongsong masa depan, alih-alih membangun karakter anak, orangtua justru memberikan berbagai macam aktivitas yang membuat anak justru merasa tertekan.

Contohnya, anak "dipaksa" membaca dan menulis sejak usia dini, padahal pada tahapan usia ini anak semestinya menikmati masa bermain dan pengembangan karakter.

Faktor lain yang juga menyebabkan anak stres adalah tekanan sosial dan lingkungan, termasuk bullying di sekolah. "Bullying di sekolah trennya naik, tak hanya fisik dan verbal, namun juga sosial bahkan bullying di media sosial seperti FB anak dibajak dan diganti statusnya," jelas Ratih.

Secara umum, Ratih menyebutkan penyebab utama stres pada anak, yakni:
* Tuntutan orangtua terkait nilai akademik anak di sekolah.
* Hubungan anak dengan teman-temannya.
* Gaya pengasuhan yang keliru.
* Masalah malnutrisi.

"Dua dari lima anak, bahkan dari kalangan keluarga berada mengalami malnutrisi. Ini juga menjadi penyebab stres pada anak," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com