Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Timbunan Lemak di Perut Paling Bahaya

Kompas.com - 07/05/2012, 02:41 WIB

Jakarta, Kompas - Kelebihan asupan kalori disimpan tubuh dalam bentuk lemak di bawah kulit dan di perut. Lemak di perut paling berbahaya karena menutup beberapa organ tubuh penting, seperti usus dan hati. Adapun lemak di bawah kulit mengurangi estetika.

”Kelebihan lemak di perut memicu produksi zat tertentu yang meningkatkan peradangan dalam tubuh. Dampak peradangan bertahap,” kata dosen luar biasa Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Samuel Oetoro, di Jakarta, Jumat (4/5).

Lemak di perut meningkatkan kadar kolesterol jahat, memicu penambahan lemak dalam aliran darah sehingga meningkatkan tekanan darah dan kadar gula. Ini akan memicu berbagai penyakit degeneratif, seperti diabetes, jantung, stroke, dan kanker.

Koordinator Pelayanan Masyarakat Departemen Ilmu Gizi FKUI Inge Permadhi mengatakan, lemak di perut tidak bisa dihilangkan dengan sedot lemak. Cara itu hanya mengurangi timbunan lemak di bawah kulit. Lemak di perut hanya dapat dihilangkan dengan meningkatkan metabolisme tubuh.

”Metabolisme tubuh hanya bisa ditingkatkan dengan aktivitas fisik,” katanya.

Timbunan lemak di perut menjadi salah satu penanda kelebihan berat badan. Jika lingkar pinggang pria lebih dari 94 sentimeter, ditandai ukuran nomor celana lebih dari 37, artinya ada timbunan lemak berlebih.

Pada perempuan, kelebihan lemak di perut ditandai dengan lingkar pinggang lebih dari 80 sentimeter (ukuran celana XL).

Obesitas kini menjadi persoalan global. Riset Kesehatan Dasar 2010 menyebut, prevalensi kelebihan berat badan pada penduduk di atas 18 tahun di Indonesia mencapai 21,7 persen. Jika jumlah penduduk Indonesia 240 juta jiwa, prevalensi itu sama dengan 52 juta orang atau setara dengan jumlah gabungan penduduk Malaysia dan Australia.

Kasus berat badan lebih banyak terjadi pada perempuan (26,9 persen) dibandingkan laki- laki (16,3 persen). Pada semua jenis kelamin, jumlah kegemukan cenderung meningkat pada usia 35 tahun ke atas dan berkurang pada usia 60 tahun. (MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com