Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Stigma yang Hambat Pengobatan

Kompas.com - 08/05/2012, 02:50 WIB

M Zaid Wahyudi

Cap gila sering disematkan masyarakat kepada para penderita gangguan bipolar. Hal ini membuat penderita ataupun keluarga menutup diri dan enggan berobat. Akibatnya, kualitas hidup mereka makin turun.

 

Padahal, sama dengan penyakit fisik kronis lain, pengobatan yang tepat dapat membuat penderita bipolar hidup normal dan berprestasi membanggakan. ”Sebutan orang gila atau sakit jiwa membuat orang takut. Ini menghambat pengobatan,” kata Hartono (39) yang didiagnosis menderita gangguan bipolar pada usia 23 tahun akibat overdosis obat- obatan saat remaja, di Jakarta, Rabu (25/4).

Bipolar adalah gangguan pada alam perasaan (mood) yang berubah-ubah dalam periode waktu tertentu. Satu ketika, penderita mengalami depresi sehingga menjadi murung, diam, atau menarik dari lingkungan. Di waktu lain, ia mengalami manik (mania) yang ditunjukkan dengan semangat menggebu dalam beraktivitas, tak pernah lelah, dan tak tidur berhari-hari.

Berbeda dengan depresi atau manik yang dialami manusia pada umumnya, gejala pada penderita bipolar terjadi secara berulang dan berlangsung seumur hidup. Gejala yang muncul terkadang bercampur atau berubah sangat cepat.

Kepala Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, AA Ayu Agung Kusumawardhani mengatakan, ketika depresi, penderita merasa semua yang ada di luar dirinya negatif dan jahat. Ia bisa menangis tiba-tiba dan meratapi nasib dirinya.

Pada tahap ini, sering muncul keinginan untuk bunuh diri. Ini membuat jumlah kasus bunuh diri pada penderita bipolar 20 kali lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Bunuh diri menjadi penyebab kematian tertinggi pada penderita bipolar.

Sebaliknya, saat manik, penderita menganggap semua di luar dirinya positif. Penderita menganggap enteng hal-hal yang berisiko tinggi atau berbahaya. Perilaku yang muncul antara lain suka berbicara dan berkegiatan terus-menerus tanpa lelah, menjadi shopaholic berat, berinvestasi berlebihan, bahkan ada yang berkecenderungan berhubungan seks dengan siapa saja.

Sejumlah tipe

Perubahan perasaan yang ditunjukkan penderita bukan hanya depresi dan manik ekstrem semata. Beberapa jenis perasaan antara depresi dan manik terkadang muncul, seperti depresi ringan (distimia), eutimia (normal positif tidak depresi), atau manik moderat (hipomanik).

Perubahan jenis-jenis perasaan dan lama waktu terjadinya inilah yang membuat bipolar memiliki sejumlah tipe (Grafis). Namun, tipe yang paling banyak terjadi adalah bipolar tipe I dan tipe II.

Menurut Agung, bipolar I ditandai dengan manik parah yang minimal satu minggu dan kadang diikuti depresi minimal dua minggu. Adapun bipolar II ditandai dengan depresi panjang yang diikuti hipomanik minimal empat hari dan tidak mengarah ke manik.

Prevalensi global penderita bipolar I diperkirakan 1 persen, sedangkan bipolar II sebesar 1,1 persen. Jika penduduk Indonesia saat ini sekitar 240 juta jiwa, ditaksir ada 2,4 juta orang penderita bipolar I dan 2,6 juta penderita bipolar II.

Rasio kasus bipolar I pada laki-laki dan perempuan sama. Adapun jumlah perempuan penderita bipolar II dua kali lipat lebih banyak dibandingkan penderita laki-laki. Jenis mood yang pertama kali dialami laki- laki umumnya manik, tetapi pada perempuan justru depresi.

Genetik

Anggota Majelis Kehormatan Profesi Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Tuti Wahmurti A Sapiie mengatakan, otak penderita bipolar sama dengan orang normal. Tetapi, ada gangguan dalam neurotransmitter (penghantar sinyal) yang membuat sistem pengiriman pesan ke otak kacau sehingga memengaruhi perubahan perasaan penderita.

Namun, penyebab gangguan pada neurotransmitter itu belum diketahui pasti. Sejumlah faktor risiko yang memicu bipolar antara lain berupa kondisi genetik, kerusakan otak, dan kondisi psikososial yang memicu stres.

Sebanyak 79 persen kasus bipolar disebabkan oleh faktor genetik. ”Tetapi, bukan berarti yang memiliki gen tersebut pasti akan bipolar. Gen ini akan memicu terjadinya bipolar jika penderita mengalami stres psikososial yang ia tidak mampu untuk mengatasinya,” kata Tuti.

Karena itu, penting melatih otak anak-anak sejak dini sehingga mereka mampu memecahkan persoalan yang dihadapi sehari-hari. Pelatihan otak ini akan membuat emosi anak kuat sehingga tidak mudah depresi meski dihantam berbagai persoalan hidup terus menerus.

Cedera otak

Hal-hal yang bisa mencederai otak antara lain konsumsi alkohol atau zat-zat berbahaya secara berlebihan, radiasi dari layar televisi, ataupun paparan tayangan kekerasan yang membuat hilangnya rasa sakit dan welas asih. Hal ini membuat penderita tak peduli sekitarnya, atau sebaliknya mudah menyakiti diri sendiri. Terlalu lama menonton televisi juga membuat anak kurang bergerak dan hilang kesempatan belajar keterampilan.

”Bipolar sama dengan penyakit fisik kronik lain, seperti jantung atau diabetes. Ia dapat diobati dan dikendalikan,” kata Tuti. Teknik kedokteran modern dapat diterapkan untuk pengobatan bipolar, tidak perlu melalui pengobatan supranatural.

Ketua Seksi Bipolar PDSKJI B Handoko Daeng menambahkan, pengobatan penderita bipolar sangat penting karena bipolar bukan hanya memengaruhi penderita, melainkan juga keluarga dan lingkungan sekitarnya. Pengendalian bipolar akan membuat penderita dan keluarga bisa hidup normal.

”Yang penting bagaimana menjaga agar mood penderita tetap stabil dalam kondisi eutimia,” kata Handoko.

Hartono merasakan manfaat pengobatan ini. Dengan rutin mengonsumsi obat-obatan tertentu, sudah 2 tahun 2 bulan ini ia tak perlu mendapat perawatan intensif di rumah sakit. Ia pun dapat bekerja membantu usaha perdagangan keluarga meski harus menghadapi kenyataan pahit ditinggalkan istri yang tak bisa menerima kondisinya.

Pengobatan rutin juga mampu membuat penderita bipolar berprestasi membanggakan. Pelukis Vincent van Gogh, novelis Ernest Hemingway, artis Linda Hamilton, aktor Jean-Claude Van Damme, dan personel band Nirvana, Kurt Cobain adalah para penderita bipolar yang mampu menghasilkan karya-karya spektakuler melebihi yang dihasilkan mereka yang tidak menderita bipolar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com