Hal lain, seperti masih terjangkaunya harga rokok juga menjadi alasan mengapa masih banyak masyarakat yang merokok. Dalam paparannya, Abdillah membandingkan antara harga rokok dan pendapatan per kapita. Jika pada tahun 2001 harga rokok dibandingkan dengan pendapatan per kapita sekitar 6 persen, maka di tahun 2010 turun menjadi 3 persen. Artinya, dari tahun 2001 ke 2010 harga rokok semakin terjangkau.
"Memang harga rokok naik, tapi GDP perkapita (pendapatan masyarakat) naiknya lebih cepat dari pada kenaikan harga, sehingga rokok lebih terjangkau," tuturnya.
Untuk menurunkan jumlah perokok, Abdillah merekomendasikan agar segera dibuat larangan iklan, sponsorship, promosi dan CSR rokok. Disamping juga peringatan kesehatan bergambar di bungkus rokok, memberlakukan kawasan tanpa rokok yang ketat, dan menaikkan cukai serta PPN rokok.
"Rekomendasi utama adalah menetapkan RPP tembakau menjadi PP segera dan meratifikasi Frame Work Convention on Tobacco Control (FCTC) untuk menunjukkan komitmen pemerintah pada perlindungan kesehatan masyarakat,"tutupnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.