Kepala Desa Limbang Jaya I Mat Amin (42) mengatakan, bentrokan terjadi di Desa Limbang Jaya II, Jumat (27/7) sekitar
Saat memasuki jalan antara Desa Limbang Jaya I dan II, warga dari empat desa melempari iring-iringan mobil dengan batu. ”Polisi langsung membalas dengan tembakan membabi-buta. Warga melawan dengan
Akibatnya, Angga, siswa SMP, tewas tertembak di telinga kiri. Empat warga lainnya menderita luka tembak. Farida (30) tertembak di bagian lengan, Yarman (47) di bagian tangan, Jesica (16) dan Rusman Bin Alimin tertembak di bagian pinggang. Keempat korban adalah warga Desa Limbang Jaya I. Korban luka dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.
Bentrokan berhasil diredam setelah para kepala desa membujuk warga berhenti menyerang dan bernegosiasi dengan pihak kepolisian. Saat berita ditulis, situasi masih mencekam. Semua anggota Brimob ditahan warga sekitar 3 kilometer di luar desa untuk dimintai konfirmasi dan pertanggungjawaban. ”Penarikan keluar desa ini juga dalam rangka mengamankan para anggota Brimob agar tak diserang warga lagi,” kata Kepala Desa Tanjung Pinang I, Habibi.
Sejumlah warga Desa Tanjung Pinang I dan II serta Desa Limbang Jaya I dan II mengikuti Gerakan Petani Penesak Bersatu (GPPB) untuk menuntut lahan PTPN VII Cinta Manis. Sejak bentrokan di lahan PTPN VII Cinta Manis, polisi telah dua kali memasuki desa itu.
Menurut Habibi, warga merasa terintimidasi oleh kehadiran polisi bersenjata yang memasuki desa. Itu menimbulkan antipati warga terhadap polisi yang memicu penyerangan terhadap iring-iringan kendaraan Brimob.
”Apalagi, pihak kepolisian tak pernah memberi informasi kepada pejabat desa saat memasuki desa. Kalau saja pejabat desa diajak bicara dulu, mungkin hal ini bisa diredam,” ujarnya.
Pasca-bentrokan antara massa GPPB dan polisi di lahan PTPN VII Cinta Manis, polisi sering masuk ke desa-desa di sekitar PTPN VII Cinta Manis. Polisi sering memeriksa, menangkap, razia, serta menggeledah rumah sejumlah warga. Tindakan ini