Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2012, 12:03 WIB

KOMPAS.com — Dulu, banyak orang meninggal karena penyakit jantung. Penyakit yang tidak menular (PTM) ini pun dikenal sebagai pembunuh nomor satu di Indonesia.

Kini, penyakit tidak menular yang menyebabkan kematian terbanyak adalah stroke. Diduga, gejala dan tanda-tanda penyakit jantung lebih mudah disadari masyarakat ketimbang stroke.

"Tanpa banyak diketahui gejalanya, tiba-tiba orang bisa menjadi stroke," ujar spesialis saraf dari PacHealth@ThePlaza, dr Pukovisa Prawiroharjo, saat ditemui dalam acara How to Boost Your Brain Power Through Exercise di Jakarta, Kamis (27/9/2012) lalu.

Stroke adalah penyakit yang ditandai dengan kematian jaringan otak. Penyakit ini bisa terjadi akibat berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak karena adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Pukovisa mengatakan, sekarang ini stroke tidak hanya menyerang kelompok usia 55-64 tahun. Orang yang relatif lebih muda pun rentan stroke. Penyakit ini menyerang orang usia 18 tahun dengan persentase 1,7 orang dari 1.000 orang.

Data Riskesdas 2007 menyebutkan, angka kematian akibat PTM meningkat dari 41,7 persen pada tahun 1995 menjadi 49,9 persen pada tahun 2001 dan 59,5 persen pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4 persen), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis. Di perkotaan, kematian akibat stroke pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9 persen, sedangkan di perdesaan sebesar 11,5 persen. Hal tersebut menunjukkan stroke menyerang usia produktif.

"Jadi, stroke itu bukan hanya penyakit orang tua saja. Buktinya, orang yang lebih muda pun bisa kena. Kenapa bisa begitu? Ini karena aliran darahnya ke otak terganggu yang disebabkan gaya hidup seperti merokok, makan tidak sehat, diet tidak sehat, serta kurang istirahat," ujarnya.

Pukovisa menambahkan, stroke memang lebih sulit dikenali karena itu orang disarankan untuk rajin melakukan cek otak dan jantungnya. Di samping itu, lanjutnya, agar menjaga aliran darah lancar sampai ke otak, seseorang wajib menjaga pola makan, gaya hidup, dan rajin berolahraga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau