Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Massal Itik, Kasus Flu Burung Darurat

Kompas.com - 07/01/2013, 09:08 WIB

BREBES, KOMPAS.com - Kasus kematian ratusan itik atau bebek akibat flu burung mencapai titik darurat. Kematian unggas ini sangat masif dan penyebarannya juga cepat. Di sisi lain, penanganan kasus ini dikeluhkan peternak. Mereka belum mendapat perhatian yang memadai.

Sejumlah peternak di sentra peternakan itik (bebek) yang ditemui pada akhir pekan lalu hingga Minggu (6/1/2012) mengatakan, kematian itik kali ini lebih cepat dan jumlahnya lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Hingga 1 Januari kasus flu burung telah terjadi di 10 provinsi. Pada 4 Januari telah bertambah satu provinsi lagi, yaitu Bali, sehingga seluruhnya menjadi 11 provinsi.

Penyebaran kasus flu burung kali ini lebih cepat dibandingkan saat kasus ini pertama kali muncul di Indonesia pada 2003. Waktu itu kasus flu burung yang kebanyakan pada ayam hanya terjadi di tiga provinsi.

Duladi, peternak itik di Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, mengatakan, dalam kasus flu burung sebelumnya, kematian unggas hanya 10 ekor. Namun, dalam kasus ini, kematian unggas pada hari pertama hingga 100 ekor.

”Dulu kasus kematian bebek hanya 5-6 ekor, sekarang kematian mencapai 700 ekor,” kata Radjum, Ketua Gabungan Kelompok Tani Purwadiwangsa—yang mewadahi delapan kelompok tani ternak itik—Kecamatan Margadana, Kota Tegal, di Tegal.

Atmo Suwito Rasban, Ketua Kelompok Tani Ternak Itik Adem Ayem, Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, juga mengatakan kematian itik tahun ini sangat cepat.

”Penyebarannya juga sangat cepat. Di kelompok kami kematian sudah mencapai 44.000 ekor,” kata Atmo.

Ahli flu burung dari Universitas Airlangga, Surabaya, CA Nidom, mengatakan, selain patogenitas flu burung yang tergolong ganas, juga karena peternakan itik berada dekat sungai sehingga penyebarannya lebih cepat. Musim hujan juga mempercepat penyebaran virus flu burung.

Menteri Pertanian Suswono yang dikonfirmasi Kompas mengatakan, sejak dilaporkan adanya kematian yang tinggi, terutama pada itik, Oktober 2012, pemerintah segera melakukan investigasi lapangan secara intensif. Juga diterbitkan surat edaran direktur kesehatan hewan tentang kesiapsiagaan dan kewaspadaan melakukan langkah-langkah awal pengendalian penyakit flu burung.

”Kami terus melakukan pengendalian flu burung pada itik. Tantangan kita sekarang dan ke depan dalam pengendalian AI (avian influenza) memang semakin kompleks dan lebih berat karena sebetulnya tidaklah hanya mengamankan populasi itik nasional berjumlah 46.969.522 ekor berdasarkan data statistik peternakan 2012, tetapi juga harus mengamankan aset bangsa yang lebih besar lagi, yakni terhadap industri perunggasan nasional yang saat ini masih bisa bertahan swasembada,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, jajarannya berupaya menjaga agar virus tidak menyerang ke manusia, yang dapat mengganggu ketenteraman batin masyarakat, karena bersifat zoonosis dan mudah terjadi mutasi virus.

Direktur Jenderal Peternakan Syukur Iwantoro menambahkan, pemerintah melakukan berbagai upaya pengetatan lalu lintas antarprovinsi dan antarpulau.

”Kami juga melakukan pengetatan pelaksanaan keamanan peternakan di sektor 1, 2, 3, dan 4. Kami juga melakukan depopulasi terbatas dan surveilans. Selain itu, juga membentuk tim respons cepat terpadu, yang merupakan tim gabungan Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan,” katanya.

Terlalu kecil

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com