Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/03/2013, 09:57 WIB

Kompas.com - Mungkin Anda pernah merasakan sensasi rasa panik saat tidur karena tubuh seolah-olah ditindih sesuatu namun Anda tidak bisa bergerak, berteriak, apalagi terbangun. Masyarakat menyebut fenomena itu sebagai tindihan karena mahluk halus.

Menurut penjelasan medis, tindihan disebut dengan kelumpuhan saat tidur (sleep paralysis). Ini adalah fenomena yang normal. Hampir setiap orang dalam hidupnya pernah mengalami kelumpuhan saat tidur, termasuk orang dari negara maju.

Kelumpuhan saat tidur, menurut penjelasan dr.Rismawati Tedjakusuma, spesialis saraf dan ahli tidur, disebabkan karena adanya ketidaksesuaian antara tidur REM dengan bangun.

Fase tidur REM adalah periode tidur yang paling dalam nyenyak. Pada tahap inilah mimpi terjadi. Selama tidur REM otot-otot berada dalam kondisi yang sangat lemah. "Ini mekanisme alami supaya kita tidak memeragakan mimpi yang dialami," katanya.

Nah, saat mengalami sleep paralysis otak sebenarnya sudah keluar dari tahap REM tetapi tubuh belum sehingga otot-otot masih lemah. "Jadi rasanya seolah-olah kita ingin bangun dan buka mata tapi tubuh tidak bisa digerakkan," kata Risma yang juga anggota Indonesia Sleep Society ini.

Sebagian besar orang percaya bahwa tindihan bisa mengancam nyawa. Namun menurut Risma ketakutan itu tidak berdasar. "Memang rasanya sesak napas, tetapi jika kita rileks dan tenang lama-lama perasaan lumpuh itu akan hilang sendiri," katanya.

Meski tidak berbahaya, namun sleep paralysis yang terlalu sering perlu diwaspadai. "Jika kita mengalami fenomena itu seminggu dua kali saja, perlu diperiksakan," imbuh dokter dari RS.Medistra Jakarta ini.

Sleep paralysis bisa menjadi gejala dari penyakit gangguan tidur lainnya, misalnya saja henti napas saat tidur (sleep apnea), serangan tidur mendadak (narcolepsy), kecemasan, bahkan depresi. Orang-orang yang pernah mengalami trauma psikologis juga lebih rentan mengalami sleep paralysis.

Sleep paralysis juga biasanya terjadi pada orang yang tidur dalam posisi terlentang atau dalam keadaan hampir terjaga dari tidur. Karena itu sebaiknya kita mengubah posisi tidur beberapa kali saat tidur.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau