Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/04/2013, 17:07 WIB

KOMPAS.com - Meningitis atau penyakit peradangan pada selaput yang melapisi otak tidak hanya rawan menyerang jemaah haji. Para perokok juga beresiko lebih tinggi terkena penyakit ini karena kebiasaan merokok menyebabkan iritasi pada daerah nasofaring sehingga kuman lebih mudah berkembang biak.

Penularan bakteri penyebab meningitis yang bersifat langsung dapat terjadi melalui udara atau kontak dengan cairan pada saluran pernapasan, misalnya, pemakaian gelas bersama. Kuman akan menempati daerah nasofaring, kemudian menembus selaput lendir.

Iritasi akibat merokok juga menyebabkan luka pada nasofaring sehingga kekebalan tubuh lebih rendah dan bakteri mudah berkembang biak.

"Sampai saat ini belum ada data pasti berapa jumlah perokok yang terkena meningitis. Namun merokok jelas meningkatkan faktor risiko terkena radang selaput otak," kata Dr.dr.Iris Rengganis Sp.PD, KAI, FINASIM pada kampanye menyambut hari meningitis sedunia bertajuk Saatnya Bekali Diri untuk Lindungi Bangsa, Cegah Meningitis yang diadakan Novartis di Jakarta, Selasa (23/4/13).

Besarnya risiko terkena meningitis hampir sama antara perokok aktif maupun pasif. Risiko yang sama juga ditemui orang yang kerap berbagi rokok dalam satu batang.

"Lendir penderita yang mengandung bateri atau virus meningitis di dalamnya berpotensi pindah ke orang yang sehat melalui perantara pangkal rokok," papar Iris.

Selain itu kebiasaan merokok sendiri berarti secara rutin memasukkan racun ke dalam tubuh karena rokok mengandung beragam zat kimia beracun. Hal ini berefek pada lemahnya pertahanan tubuh pada kuman, termasuk kuman penyebab meningitis.

Beberapa bakteri yang menyebabkan meningitis adalah Streptococcus pneumoniae dan Neisseria meningitidis. Sedangkan dari golongan virus ada enterovirus dan virus influenza.

Tidak merokok menjadi langkah awal mencegah meningitis. "Sedapat mungkin tidak usah merokok. Vaksin meningitis juga tidak bisa bekerja maksimal jika masih merokok," kata Iris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau