Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/07/2013, 16:00 WIB

"Padahal kalau mau jujur, kebutuhan kita sebagai manusia hakikatnya tidak banyak. Kita makan maksimal 2-3 piring saja, tidak lebih. Kita punya sepasang kaki, cukuplah dengan memiliki sepasang sepatu atau 2 – 3 pasang sepatu. Tapi coba kita cek Rak sepatu kita, ada berapa puluh pasang sepatu kita?" Don terus bicara, sambil tak lupa menambahkan nasi dan lauk di piringnya.

"Orang cenderung mengumpulkan harta tanpa batas, sudah punya uang yang banyak, ditambah puluhan rumah, Apartemen, Tanah, Sawah, kendaraan dll, tapi tetap saja ia merasa kurang dan ia tambah dan tambah terus," Don kian bersemangat bicara.

Katanya Don lagi, "Padahal apakah semua kekayaannya itu akan ia konsumsi sampai habis?. Jawabnya, tentu saja tidak. Bagi mereka yang penting adalah berhasil merasa memiliki sebanyak-banyaknya dan ia bangga karenanya. Itulah yang disebut sebagai orang serakah atau tamak," wajah Don mulai berkeringat. Tapi dia belum juga berhenti bicara dan juga makan. "Serakah juga menjadi pintu masuknya setan. Bila masuk dalam hati orang yang serakah, setan akan menghiasinya dengan sifat-sifat tercela lainnya. Dan orang yang serakah itu selalu menganggap baik apa yang dilakukannya, meski kebanyakan orang melihatnya sebagai suatu keburukan."

"Serakah, ternyata tidak sebatas pada harta benda semata-mata. Ada orang yang serakah kepada jabatan. Orang yang serakah kepada jabatan, akan berusaha mendapatkan apa yang menjadi incarannya dengan segala cara. Tak pernah berpikir apakah cara yang ditempuh baik atau buruk," Don meneguk air di gelas, dan setelahnya dari mulutnya terdengar sendawa.

"Kamu tahu Nek? Ada serakah yang baik loh."
"Serakah apa tuh Om?"
"Adalah keserakahan dalam mengerjakan kebajikan, salah satunya adalah menuntut ilmu. Dalam salah satu sabdanya, Rosulullah pernah menjelaskan, bahwa seseorang tidak akan pernah berhasil menuntut ilmu, kecuali dia memenuhi enam syarat, dan salah satunya adalah dia harus memiliki jiwa khirshun, yang bila kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki arti 'rakus atau serakah.'"

"O iya, ada kata-kata bijak dari Mahatma Gandhi. Bunyinya begini, the world has enough for everyone's need, but not enough for everyone's greed."
"Apa artinya, Om?"
"Dunia cukup untuk setiap orang yang membutuhkan, tapi tidak cukup untuk orang-orang rakus."
"Terimakasih nasihatnya ya Om. Om Don hebat deh, Nek jadi banyak belajar."

Mendapat pujian dari Nek, Don cuma tersenyum. Tapi mendadak...

"Aduh...."
"Kenapa, Om?"
"Perutku melilit..."
"Hah? Sampai tandas begini nasi sebakul, pantas saja melilit."
"Gak sengaja, Nek sih ngajak ngobrol terus..."

Seisi rumah pun terbahak-bahak demi menyaksikan Don yang meringis. Lalu Nek pun mengambil centong yang dipegang ayahnya.
"Nih Om, gantian," kata Nek menyerahkan centong yang dipegangnya kepada Don.

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com