Keharusan untuk selalu "wangi" dan percaya diri menyebabkan beberapa remaja pria cenderung berlebihan dalam penggunaan deodoran terutama untuk jenis semprotan. Penyemprotan cenderung berlebihan di hampir seluruh bagian tubuh. Dan yang lebih mencemaskan adalah penyemprotan yang dilakukan di dalam ruang tertutup tanpa ventilasi memadai.
Fenomena penggunaan deodoran berlebihan ini terjadi di Inggris dan mengundang kekhawatiran sejumlah pengamat. Para ahli memperingatkan, menghirup zat kimia dari aerosol dapat mengakibatkan reaksi alergi kulit, asma, dan kesulitan bernapas. Pada beberapa kasus, meskipun jarang, penyemprotan deodoran dapat memicu serangan jantung yang fatal.
"Satu dari tiga orang dewasa di Inggris memiliki beberapa bentuk alergi seperti asma, rinitis, atau eczema. Gejala ini mudah dipicu produk parfum dan diperburuk unsur kimia dalam aerosol," kata Maureen Jenkins, Direktur Pelayanan Klinis dari Allergy UK, lembaga nasional di Inggris terkait penyakit alergi.
Bahkan mereka yang tidak punya alergi sekalipun, kata Jenkins, dapat menjadi sensitif terhadap unsur kimia yang terkandung dalam produk pembersih atau toiletries. Gejalanya meliputi reaksi pada kulit, sulit bernapas, demam, dan pusing. Reaksi bisa semakin buruk apabila aerosol dalam bentuk kabut halus mudah terisap.
Menurut ahli lingkungan dan konsultan toksikologi dari Perth, Australia, Dr Peter Dingle, pada label botol semprotan memang ada peringatan untuk tidak menyemprotkan deodoran dalam ruang tertutup. Namun kenyatannya, hampir semua warga Inggris cenderung menyemprotkan deodoran di ruang tertutup seperti kamar mandi.
"Saya kira, aman untuk mengatakan bahwa kebanyakan orang Inggris tidak akan keluar rumah untuk menyemprotkan deodoran. Mereka akan melakukannya di kamar mandi dengan kecenderungan pintu tertutup, dan itu merupakan ruangan terbatas. Pada musim dingin, Anda bahkan tidak akan pernah membuka jendela. Jika Anda menonton iklan deodoran, anak remana biasanya akan menyemprot seluruh tubuhnya. Padahal, pada label kemasan disebutkan bahwa Anda tak boleh melakukannya. Citra diri dan hak untuk wangi adalah penting bagi anak muda, dan banyak sekali tekanan dari teman-teman untuk menggunakan produk seperti itu," ujarnya.
Kewaspadaan penggunaan deodoran spray di Inggris mengemuka sejak kematian seorang remaja bernama Jonathan Capewell. Anak berusia 16 tahun ini meninggal akibat serangan jantung di kamar tidurnya di kota Oldham.
Hasil otopsi menunjukkan bahwa dalam tubuhnya ditemukan gas butane dan propane dengan kadar 10 kali lebih besar dari dosis mematikan. Gas ini biasanya digunakan sebagai bahan pendorong produk aerosol dalam kemasan, dan ini telah tertimbun dalam tubuh Capewell selama berbulan-bulan.
Menurut konsultan spesialis jantung dari Royal Hospital, Jonathan Clague, penyebab utama kematian Capewell adalah sufokasi atau hipoksia. Kondisi ini dikenal sebagai mati lemas. Cara inilah yang menyebabkan unsur kimia dan aerosol menyebabkan kematian.
"Jika oksigen tidak terhirup dan justru zat lain yang terhirup ke dalam pernapasan, semisal zat kimia, maka terjadilah sufokasi yang disusul jantung berhenti," kata Clague.
Kematian yang dipicu aerosol juga menimpa Daniel Hurley. Anak berusia 12 tahun ini tak sadarkan diri setelah menggunakan deodoran spray di kamar mandi rumahnya di kota Sandiacre, Nottingham.
Ia meninggal setelah sempat dirawat di rumah sakit pada Januari 2008. Penyelidikan menyimpulkan bahwa kematian Daniel akibat "serangan jantung aritmia" yang dipicu oleh paparan pelarut cair (solvent). Diduga, Daniel sebelumnya pernah mengidap gangguan aritmia dan pelarut cair di dalam aerosol deodoran yang ia gunakan telah memicu serangan fatal.
Dalam setiap kemasan deodoran spray biasanya terdapat tulisan peringatan. Konsumen disarankan untuk memakainya dengan semprotan singkat di ruangan berventilasi. Peringatan lain misalnya "hindari penyemprotan yang lama" dan "jauhkan dari jangkauan anak-anak".
The British Aerosol Manufacturers Association (BAMA) menyatakan bahwa propelan pada produk aerosol rumah tangga sejauh ini aman untuk digunakan. Produk ini sudah dipakai selama 40 tahun dan ada sekitar 600 juta produk aerosol digunakan tiap tahunnya di Inggris.
Pihak BAMA juga melakukan penelitian setelah kasus kematian Jonathan Capewell. Namun mereka berkilah "tidak bisa menciptakan kembali suatu kondisi yang dapat menimbulkan efek merugikan atau kondisi fatal akibat penggunaan produk aerosol semprot di ruang yang terbatas".
Sementara itu Dr Dingle menuntut upaya yang lebih serius dari Pemerintah Inggris terkait penggunaan produk aerosol.
"Tidak cukup bagi pemerintah untuk hanya mengatakan, 'tidak masalah, ada peringatan yang tertera di balik kemasan', Jika dua orang anak meninggal akibat deodoran semprot, akan ada penyemprotan dengan cara sama yang tak terhitung jumlahnya. Haruskah kita mengalami kematian lainnya sebelum pemerintah bertindak?"
Untuk mencegah risiko lebih besar, Dingle menyarankan para remaja untuk menggunakan deodoran berbentuk stik. Bentuk ini dinilai lebih aman karena tidak menggunakan aerosol.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.