KOMPAS.com - Penjual jamu keliling menjadi akses paling mudah untuk mendapatkan minuman berkualitas warisan tradisi ini. Hal ini utamanya terdapat pada penjual jamu gendong yang bersentuhan langsung mendatangi masyarakat.Darinya, masyarakat bisa mendapatkan jamu berbentuk rajangan, serbuk, tablet, kapsul, olesan, atau sari.
Kendati begitu, masyarakat tidak bisa asal minum jamu dari penjual jamu gendong. Sebaiknya perhatikan kualitas jamu dengan berbagai cara.
"Ada beberapa hal yang membedakan tukang jamu berkualitas dan tidak. Bisa dilihat dari kualitas produk, penggunaan alat, dan kebersihan," kata Ketua Kelompok Jamu Gendong Lestari, Lasmi, pada acara Pendampingan Terhadap Pelaku Usaha Jamu Racikan (UJR) dan Usaha Jamu Gendong (UJG) di Jakarta, Kamis (7/11/2013).
Berikut tips Lasmi membedakan penjual jamu gendong berkualitas atau tidak:
1. Perhatikan rasa dan aroma jamu.
"Jamu yang berasal dari bahan segar beraroma wangi dan tidak mengganjal di kerongkongan saat diminum. Minum jamu seperti air putih," kata Lasmi.
Hal ini berbeda dengan jamu dari bahan berkualitas buruk, yang berbau tak sedap dan tak enak diminum. Rasa dan aroma jamu juga tidak berubah walau sudah berkali-kali meminumnya. Hal ini menandakan, penjual jamu sudah memiliki resep dengan standar relatif baik. Kualitas resep juga sudah teruji lewat konsumen yang telah menjadi pelanggan.
2. Selalu menggunakan jamu bubuk berizin edar dan tidak asal campur.
"Tukang jamu gendong berkualitas selalu menggunakan jamu bubuk bermutu baik. Jamu ini dimiliki sudah memiliki izin edar, dengan label lengkap berisi merek, logo, khasiat, kontradiksi, aturan pakai, komposisi bahan dan tanggal kadaluwarsa," terang Lasmi.
Demi menjaga kualitas, Lasmi mengatakan, dirinya tak segan menggunakan jamu bubuk hanya keluaran pabrik ternama. Meski sedikit lebih mahal, baiknya kualitas menjaga kepercayaan konsumen pada racikan jamunya.
Lasmi juga mengatakan tukang jamu yang berkualitas tidak asal mencampur jamu. Terutama jamu cairan dan bubuk.
"Kalaupun dicampur, kualitas jamu cairan dan bubuk sudah teruji. Tukang jamu yang baik juga tidak mencampur jamu dengan kimia, karena merugikan konsumen," katanya.
3. Tidak menggunakan botol plastik.
Botol plastik terutama bekas air mineral, sebetulnya hanya didesain untuk sekali pakai. Penggunaan lebih dari sekali berisiko mencemari produk dan konsumennya dengan zat penyusun, misalnya bisphenol A (BPA).
"Tukang jamu berkualitas menggunakan botol berbahan kaca, yang memang lebih berat dibanding botol plastik. Namun hal ini dilakukan demi menjaga kualitas jamu," kata Lasmi.
4. Kerap mengganti air cucian.
Sosok penjual jamu yang membawa jamu menggunakan gendongan dan memegang ember kecil berisi air untuk mencuci gelas, menjadi pemandangan umum di tengah masyarakat.
Pembeli perlu memerhatikan air dalam ember ini. Air tersebut harus kerap diganti, terutama bila sudah mencuci 10 gelas. Seringnya air cucian diganti akan menjaga kebersihan gelas, yang memengaruhi kualitas jamu dan kepercayaan konsumen.
"Bila air tidak kerap diganti, pastikan tukang jamu gendong menggunakan gelas plastik sekali pakai. Gelas ini bisa langsung dibuang sehingga tidak merepotkan menjual. Harganya juga relatif murah," kata Lasmi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.