Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/12/2013, 11:33 WIB
Rosmha Widiyani,
Asep Candra

Tim Redaksi

Sumber Dailymail

KOMPAS.com-Ungkapan mata adalah jendela jiwa tampaknya bukan sekadar omong kosong. Para ilmuwan Inggris mengembangkan teknologi diagnosa kesehatan jiwa melalui uji pergerakan mata.  

Ilmuwan Inggris mengembangkan tes kamera terbaru yang bisa mendiagnosa kesehatan mental seseorang. Melalui pergerakan bola mata, bisa diketahui bagaimana kisaran kesehatan mental seseorang.

Revolusi teknologi ini didasarkan teori lama yang menyatakan bahwa cara yang tidak normal saat melihat suatu objek berhubungan dengan keadaan jiwa seseorang. Tim riset percaya, alat uji ini dapat membedakan penderita skizofrenia, gangguan bipolar dan depresi berat. Peneliti menggunakan kamera khusus yang mengikuti pergerakan mata, saat melihat suatu gambar di layar komputer.

Seseorang yang menderita skizofrenia tidak mengeksplor seluruh gambar, layaknya orang dengan kesehatan jiwa normal. Penglihatan penderita skizofrenia cenderung terpusat pada satu titik dan tidak melihat titik lainnya. Pada pasien yang menderita gangguan bipolar atau depresi berat, perbedaan yang muncul lebih halus.

Penyakit skizofrenia, gangguan bipolar dan depresi berat memiliki gejala yang hampir sama. Ketiganya sulit dibedakan menggunakan metode tradisional yang ada.

"Temuan ini adalah langkah perubahan dalam dunia psikiatri. Teknologi ini bisa mengatasi kegagalan diagnosis pasien yang menjalani pemeriksaan dengan scan otak atau DNA. Tes pergerakan mata memberikan hasil 95 persen akurat dalam 30 menit. Hasil ini tidak bisa dicapai teknik lain yang menyaratkan beberapa tahun untuk diagnosa penyakit," kata Madhu Nair, yang bekerja sama dengan Philip Benson dari Aberdeen Univeristy dan Chair of Mental Health, Professor David St Clair.

Berbagai uji lanjut dibutuhkan sebelum teknologi ini digunakan kalangan luas. Namun Nair mengatakan, pasien seharusnya dapat mengakses teknologi ini melalui layanan kesehatan dalam beberapa tahun ke depan.

Inovasi ini mendapat sambutan baik Professor Nick Craddock dari Royal College of Psychiatrists. Ia mengatakan, teknologi ini dapat memperbaiki dan meningkatkan akurasi hasil uji laboratorium. Kemajuan ini tentu lebih baik untuk mendiagnosa gangguan mental berat.

"Hubungan antara pergerakan mata yang tidak normal dan penyakit mental berat membutuhkan lebih banyak riset. Gangguan ini tidak hanya berefek ada kesehatan fisik, otak, tetapi juga pikiran," kata Craddock.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau